• Beranda
  • Berita
  • Mahfud MD: Indonesia hadapi gangguan intoleransi

Mahfud MD: Indonesia hadapi gangguan intoleransi

17 Februari 2020 16:38 WIB
Mahfud MD: Indonesia hadapi gangguan intoleransi
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD memberikan sambutan dalam diskusi di Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, Senin (17/2/2020) (ANTARA/Fathur Rochman)

Hancurnya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dulu pernah berjaya, sebutlah apa saja, Majapahit, Mataram, Demak, Sriwijaya dan sebagainya itu hancur karena disorientasi, distrust di tengah-tengah masyarakat, disobedience, dan juga terjadi disintegras

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengatakan saat ini Indonesia dihadapkan dengan gangguan yang mengancam persatuan yakni intoleransi.

"Gangguan kita adalah kekurang bersatuan kita misalnya muncul gejala intoleransi, di mana orang yang berbeda itu dianggap musuh," ujar Mahfud di Depok, Jawa Barat, Senin.

Baca juga: Jokowi-KH Ma'ruf Amin agar siapkan sistem bendung kaum intoleran

Baca juga: SETARA sebut perda diskriminatif dilatarbelakangi motif politik

Baca juga: Dirjen Otda akan koreksi perda diskriminatif dan intoleran


Dia menilai bahwa intoleransi sudah semakin nyata terlihat, ditinjau dari semakin banyak munculnya narasi-narasi pembicaraan terkait intoleransi mulai dari mengenai keyakinan hingga rumah ibadah.

"Ini sudah mulai muncul di dalam narasi-narasi pembicaraan tentang keyakinan, tentang pembinaan rumah ibadah dan sebagainya. Itu sudah mulai gangguan, itu sudah masuk gejala umum," ucap Mahfud.

Dalam kesempatan itu, Mahfud juga menyinggung tentang beberapa gejala yang menyebabkan hancurnya sebuah negara. Pertama, timbulnya disorientasi dalam sebuah negara.

"Sebuah negara yang tidak adil dan tidak bersatu itu bisa disebut sebagai negara yang disorientasi, menyimpang dari orientasi yang seharusnya, dari tujuannya," ucap dia.

Mahfud tidak memberikan contoh terkait disorientasi tersebut. Namun, dia mengatakan apabila disorientasi itu tetap dibiarkan, maka akan timbul distrust atau ketidakpercayaan publik.

Ketidakpercayaan itu, kata Mahfud, disebabkan tidak adanya kepercayaan publik terhadap pemerintah. Jika hal itu dibiarkan maka akan memicu timbulnya disobedience atau pembangkangan.

"Maka akan terjadi pembangkangan, orang melawan. Kalau diperlakukan tidak adil orang melawan. Kalau diperlakukan tidak adil, mati atau melawan. Jadi masih ada kemungkinan begitu. Nah Kalau disobedience terus terjadi, dan dibiarkan terus maka akan terjadi disintegrasi," kata Mahfud.

Dia menyebut bahwa berdasarkan sejarah, gejala-gejala tersebut telah terbukti dapat meruntuhkan kerajaan-kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara.

"Hancurnya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dulu pernah berjaya, sebutlah apa saja, Majapahit, Mataram, Demak, Sriwijaya dan sebagainya itu hancur karena disorientasi, distrust di tengah-tengah masyarakat, disobedience, dan juga terjadi disintegrasi," ucap Mahfud.

Baca juga: Safii: sikap intoleran saat ini sudah mengkhawatirkan

Baca juga: PDIP minta aparat tegas terhadap kelompok intoleran

Baca juga: Polda Bali apresiasi dukungan melawan radikalisme dan intoleran

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020