Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso meluncurkan ^Kopi Jenderal" Kopi Nusantara Buwas di Kantor Pusat Perum Bulog Jakarta pada Rabu pagi, bertepatan dengan peringatan ulang tahunnya yang ke-60.Pemberian nama "Kopi Jenderal" tersebut juga bukan tanpa alasan. Buwas yang juga pernah menjabat sebagai Kabareskrim pada 2015 tersebut memiliki pangkat jenderal.
Budi Waseso atau akrab disapa Buwas menceritakan peluncuran kopi ini bermula dari ketika ia menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) dan menangani banyaknya tanaman ganja di Aceh. Alih-alih ganja, Buwas mendorong untuk pengembangan kopi, mengingat daerah tersebut memiliki ketinggian yang cocok untuk tanaman kopi.
"Ketinggian 1.200 mdpl itu bagus menghadirkan kopi berkualitas. Akhirnya program membuat kopi saya laksanakan di Aceh dengan dibantu teman-teman BNN," kata Buwas pada peluncuran Kopi Jenderal tersebut.
Baca juga: Dirut Bulog: Rastra tetap berjalan untuk penyerapan padi
Setelah berhasil membuat alternatif tanaman ganja menjadi kebun kopi di Aceh, Buwas mencoba untuk mengelola produksi kopi dari petani.
Pemberian nama "Kopi Jenderal" tersebut juga bukan tanpa alasan. Buwas yang juga pernah menjabat sebagai Kabareskrim pada 2015 tersebut memiliki pangkat jenderal.
"Secara kebetulan pangkat saya
Jenderal. Ketika saya pensiun, bintang tiga dan saya menjadi Jenderal yang membesarkan itu Polri. Makanya di situ saya kasih (logo) bintang tiga," kata Buwas.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang turut menghadiri peluncuran Kopi Jenderal, menyambut baik dengan kualitas kopi yang sudah dikenal di pasar internasional tersebut.
"Kopi Jenderal telah mengangkat kualitas kopi Indonesia di Internasional, sudah ada enam negara di Eropa, termasuk Meksiko. Ini juga mengangkat derajat petani kopi dan memberikan 'spirit' pengusaha kopi karena potensinya besar," kata Agus.
Agus juga berharap Kopi Jenderal dapat dipasarkan melalui outlet-outlet di beberapa daerah, bahkan di luar negeri. Dengan demikian, penjualan kopi ini turut meningkatkan jumlah pelaku usaha, terutama usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Baca juga: Teknologi cerdas Kemenperin pacu nilai tambah kakao dan kopi
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020