Perum Bulog akan menyalurkan stok cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 400.000 ton untuk diolah menjadi tepung yang dibutuhkan oleh industri makanan.Saat ini stok CBP yang dimiliki Bulog sebanyak 1,7 juta ton
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan saat ini stok CBP yang dimiliki Bulog sebanyak 1,7 juta ton.
Namun untuk memaksimalkan penyerapan gabah pada masa panen, Bulog harus mengeluarkan stok beras setidaknya satu juta ton mengingat kapasitas gudang penyimpanan yang terbatas.
"Salah satunya ada kebijakan dari Presiden untuk rastra, kedua untuk operasi pasar, lalu diolah menjadi tepung karena permintaan untuk terigu, bihun, dan lainnya," kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas di Kantor Pusat Bulog Jakarta, Rabu.
Baca juga: Dirut Bulog: Rastra tetap berjalan untuk penyerapan padi
Untuk mengeluarkan stok satu juta ton tersebut, Bulog akan menyalurkannya melalui program bantuan pangan nontunai (BPNT).
Kemudian, stok juga akan digunakan untuk program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) atau operasi pasar (OP).
Selanjutnya, stok beras yang ada juga akan diolah oleh industri menjadi tepung sebagai bahan makanan.
Rencana penyaluran stok beras Bulog untuk industri makanan ini pun sudah disampaikan kepada Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.
"Kemarin Menperin butuh sebulan 400.000 ton. Beras itu diolah jadi tepung untuk industri makanan," kata Buwas.
Adapun tahun ini Perum Bulog menargetkan untuk menyerap gabah petani sampai 1,7 juta ton, mengingat terbatasnya kapasitas gudang penyimpan beras yang hanya mencapai 3,6 juta sampai 3,8 juta ton.
"Kami ingin menyerap 2,7 juta ton, tetapi kan saya menghitung riil kemampuan. Kalau tidak bisa keluarkan beras yang ada di kita, maksimal 1,7 juta ton," kata Buwas.
Hingga saat ini, realisasi penyaluran beras untuk KPSH tahun 2020 sebanyak 247.000 ton, sedangkan program BPNT sebanyak 28.000 ton.
Baca juga: Bulog gelontorkan 120 ton cadangan beras untuk bencana alam
Baca juga: Turun mutu, beras Bulog akan dilelang untuk ethanol hingga pupuk
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020