"Pembangunan TIM Baru memasuki tahap pembongkaran fisik bangunan di area TIM. Karena komunikasi publik dari pihak Pemprov DKI dan Jakpro mengenai rancangan dan skema pengelolaan TIM Baru kurang optimal, persepsi publik pun lebih condong pada aspek-aspek emosional," kata Danton dalam keterangan resmi DKJ terkait masa depan TIM, Rabu.
Lebih lanjut, DKJ menyarankan keterbukaan informasi agar tidak ada perbedaan persepsi yang menimbulkan masalah baru tidak hanya dari sisi seniman namun juga masyarakat luas terkait revitalisasi TIM yang sudah berjalan selama setahun terakhir.
"Suasana emosional ini rentan terhadap masuknya oportunisme politik, maupun misinformasi seputar pembangunan TIM Baru," kata Danton.
DKJ sebagai pengurus kegiatan seni di kawasan TIM juga sudah sering berkomunikasi langsung dengan Pemprov DKI khususnya dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengenai perkembangan pusat kebudayaan itu termasuk membahas revitalisasi kawasan yang sudah ada sejak 1968 itu.
Diskusi publik yang sehat dan terbuka pun menjadi salah satu usulan DKJ antara pihak pengelola revitalisasi dengan para seniman agar Pusat Kebudayaan itu dapat memiliki suasana baru tanpa mengubah suasana seni yang kental.
Danton juga berharap diskusi tidak hanya dilakukan bersama kelima orang yang tercatat dalam Keputusan Gubernur Nomor 1018 Tahun 2018 namun juga seluruh seniman aktif terutama yang berkegiatan di TIM.
Di kesempatan yang berbeda, Direktur Operasional Jakarta Propertindo Muhammad Taufiqurochman mengatakan pihaknya telah aktif berkomunikasi dengan para seniman.
"Tidak hanya kemarin, sekarang, dan ke depannya kami akan terus berkomunikasi dengan para seniman," kata Taufiq.
Dalam wawancara lanjutannya, dia menegaskan baik secara dialog formal maupun santai pihaknya sudah berkomunikasi dengan seniman terutama seniman-seniman yang dinilai senior.
"Seniman itu kan banyak. Misal 100 seniman, 80 dukung, 20 beda pendapat. Kami pokoknya tetap akan sosialisasi bagaimana caranya menjaga seni yang nilainya besar itu dengan fasilitas yang memadai," kata Taufiq.
Proses revitalisasi TIM yang dikerjakan Jakpro sebagai hasil penunjukan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalami kisruh yang panjang.
Penolakan dari seniman menjadi salah satu peristiwa yang turut mewarnai perjalanan revitalisasi pusat kebudayaan dengan total pembiayaan Rp1,6 triliun itu.
Baca juga: Jakpro tegaskan tidak akan komersilkan TIM pascarevitalisasi
Baca juga: Wisma Seni TIM berkapasitas hingga 200 kamar
Baca juga: Revitalisasi TIM capai 15 persen
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020