Penurunan terparah itu dilihat pada awal Februari. Pemerintah setempat mencatat hanya sekitar 811 kendaraan yang berhasil terjual sehingga menyebabkan penurunan yang terparah sekitar 96 persen jika dilihat dari tahun sebelumnya.
"Hampir tidak ada orang di diler mobil di minggu pertama Februari karena kebanyakan orang tinggal di rumah," kata sekretaris jenderal CPCA Cui Dongshu yang dikutip dari CarsCoops, Senin.
Menurut Asosiasi Penumpang Mobil China, kemerosotan penjualan besar-besaran ini adalah efek sementara dari wabah itu. Asosiasi itu mengharapkan akan adanya penaikan minat beli karena lebih banyak ruang pamer yang akan dibuka kembali.
"Sangat sedikit diler yang dibuka pada minggu-minggu pertama bulan Februari dan mereka memiliki lalu lintas pelanggan yang sangat sedikit," kata dia.
Sebagai tanggapan terhadap masalah ini, pembuat mobil China Geely meluncurkan layanan penjualan "contactless" baru yang memungkinkan pelanggan membeli mobil secara online.
Perusahaan lain di China seperti Nissan dan Honda lebih lanjut menunda pembukaan kembali pabrik mereka hingga setidaknya 11 Maret, menyusul pengumuman terbaru pemerintah daerah.
Shutdown China telah mengganggu tidak hanya pasar mereka sendiri tetapi juga rantai pasokan global, dengan pembuat mobil tidak dapat menerima bagian yang diperlukan untuk pembuatan kendaraan mereka.
FCA terpaksa menghentikan produksi 500L di pabrik mereka di Serbia, sementara Jaguar Land Rover juga akan kehabisan komponen jika situasi ini berlanjut.
Baca juga: Hadir di tengah wabah corona, Chevrolet Menlo bakal saingi Tesla
Baca juga: Geely jualan mobil online gara-gara corona
Baca juga: Corona belum pengaruhi pasokan komponen Daihatsu Indonesia
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020