Tiga mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur berhasil "menyulap" reruntuhan bangunan menjadi beton daur ulang sebagai alternatif baru bahan konstruksi yang ramah lingkungan.Mereka menemukan cara yang ramah lingkungan untuk mendaur ulang beton bekas reruntuhan bangunan
Ketiga mahasiswa tersebut, adalah Nurman Handitya Prima, Muh Irfan Maulana, dan Oval Mufarid. Mereka menemukan cara yang ramah lingkungan untuk mendaur ulang beton bekas reruntuhan bangunan.
"Melihat perkembangan konstruksi di Indonesia yang semakin pesat, perlu adanya inovasi-inovasi baru. Mengingat, ketersediaan sumber daya alam yang merupakan bahan dasar dalam konstruksi sangat terbatas," kata salah seorang anggota tim penemu beton daur ulang, Nurman Handitya Prima di Malang, Senin.
Ia mengatakan jika konstruksi di Indonesia terus dilakukan tanpa adanya alternatif baru maka suatu saat akan merusak perut bumi.
Berangkat dari fenomena tersebut, ketiga mahasiswa Teknik Sipil itu terus berupaya menemukan cara yang ramah lingkungan. Salah satunya dengan mendaur ulang reruntuhan bangunan menjadi beton yang tidak kalah kualitasnya dengan beton non-daur ulang.
Hal ini dapat digunakan kembali dengan memanfaatkan limbah material bekas konstruksi beton sebagai subtitusi 100 persen dari total kebutuhan agregat.
Limbah beton bekas (reruntuhan bangunan) yang tak terpakai tersebut dihancurkan kembali untuk menghasilkan agregat kasar dan agregat halus.
Selain itu, menurut tim di bawah bimbingan dosen Teknik Sipil Lukito Prasetyo itu, terdapat serbuk-serbuk kecil dari penghancuran beton tersebut yang ternyata bekas dari semen.
"Kami menghancurkannya dengan cara manual, yaitu palu. Kemudian disaring sesuai ukuran saringan. Material yang tertinggal menjadi agregat kasar pengganti kerikil. Yang lolos akan dihancurkan menggunakan mesin los angeles hingga seperti pasir dan disaring lagi menjadi agregat halus," kata Nurman.
Hasil dari beton daur ulang tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata. Dalam hasil uji abrasi, beton daur ulang ini memiliki tingkat keausan yang sama dengan kerikil Kulon Progo.
Ditemukan nilai keausan sebesar 23.5 persen, sehingga masih dalam nilai keausan yang diizinkan untuk beton kelas III, yaitu dibawah 27 persen berdasarkan ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Kita membuat inovasi, namun tidak mengurangi dari durabilitas beton tersebut. Apa yang kita pakai harus sesuai dengan standar yang berlaku. Harus sesuai dengan batas-batas yang diujikan, sehingga tidak hanya menggunakan SNI saja, SII, ASTM dan PB juga kita uji," kata Nurman.
Berkat inovasi tersebut, Nurman dan rekan-rekannya mampu lolos dalam seleksi abstrak lomba karya tulis nasional Civil Festival 2020 di Politeknik Negeri Jakarta
Mereka menjadi satu-satunya perwakilan universitas swasta. Selanjutnya mereka akan menyerahkan "full paper" dan memaparkan inovasinya tersebut pada 11 Maret mendatang.
Baca juga: Sistem pintar pendeteksi kebakaran hutan ditemukan mahasiswa UMM
Baca juga: Mahasiswa UMM sabet emas inovasi pertanian digital di Singapura
Baca juga: Smart Tyrender karya mahasiswa UMM sabet medali perunggu di Jerman
Baca juga: Mahasiswa UMM sulap sampah jadi furniture bernilai ekonomi tinggi
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020