Direktur Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA)-ActionAid Fransiska Fitri mengemukakan jumlah ruang kelas SD yang rusak di Indonesia terus meningkat dari 2016 sebanyak 174.000 ruangan dan hingga 2019 menjadi lebih dari 200.000 ruangan.ketika ada bantuan dana maka semua berpartisipasi
“Ruang kelas SD yang rusak di Indonesia menunjukkan trend peningkatan dan ini mengagetkan kenapa bisa demikian,” kata Fransiska Fitri kepada ANTARA di Kupang, Rabu.
Pihaknya menilai meningkatnya ruang kelas pendidikan dasar yang rusak itu akibat adanya sistem yang tidak bekerja dengan baik seperti dari sisi sosial maupun pemerintahan terutama di daerah-daerah.
Baca juga: Legislator minta Kemendikbud segera lakukan sensus sekolah rusak
Baca juga: Pemkab Jayawijaya tagih janji Mendikbud perbaiki sekolah rusak
Kondisi ini yang mendasari YAPPIKA-ActionAid bersama Bengkel APPeK (Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung) serta berbagai mitra lainnya menghadirkan program sekolah aman terutama pada tingkat SD, katanya.
Fransiska menjelaskan, lewat program sekolah aman, pihaknya bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang kondisi bangunannya rusak maupun sekolah darurat melakukan berbagai upaya perbaikan.
“Kami menyasar langsung ke komunitas sekolah karena menurut kami mereka cukup kuat terutama dari sisi saling bekerja sama karena sudah terbukti ketika ada bantuan dana maka semua berpartisipasi melakukan perbaikan,” katanya.
Fransiska mencontohkan seperti perbaikan ruangan sekolah SDN Dendeng di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, melalui bantuan sektor di luar pemerintah yaitu Lembaga Amal Tzu Xing Foundation Taiwan yang dikerjakan dengan metode swakelola oleh pihak sekolah dan masyarakat setempat.
Baca juga: PPP soroti tiga persoalan utama pendidikan di Indonesia
Baca juga: Pemerintah cek keamanan bangunan sekolah mulai 2020
Selain SDN Dendeng, bantuan perbaikan maupun pembangunan baru ruang kelas serta unit kesehatan sekolah dan toilet juga diberikan untuk sejumlah SD lain di Kabupaten Kupang seperti SDN Onitua, SDI Raknamo, dan SDN Bimous.
Dia berharap bantuan perbaikan ruangan sekolah dari pihak non pemerintah seperti ini dapat mendorong pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran yang memadai guna membenahi kondisi sekolah di daerahnya masing-masing.
“Tentu kita semua sama-sama menginginkan agar anak-anak SD sebagai penerus bangsa bisa belajar di tempat yang aman dan nyaman dari segala potensi bahaya yang mengancam,” katanya.
Baca juga: Presiden minta ada skema program percepatan rehabilitasi sekolah rusak
Baca juga: 308 bangunan SD di Tangerang rusak berat
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020