• Beranda
  • Berita
  • Peneliti: Stabilkan harga gula dengan pacu produktivitas tebu

Peneliti: Stabilkan harga gula dengan pacu produktivitas tebu

26 Februari 2020 15:12 WIB
Peneliti: Stabilkan harga gula dengan pacu produktivitas tebu
Ilustrasi - Gula (istimewa)

Menekan impor gula bukan pekerjaan mudah, apalagi melihat kebutuhan gula yang semakin meningkat. Menekan impor gula dapat dilakukan apabila produksi dalam negeri sudah mencukupi permintaan dan tersedia pada harga yang terjangkau di pasar. Tentunya de

Peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Felippa Amanta mengingatkan bahwa harga gula di dalam negeri bisa lebih distabilkan dengan lebih memacu produktivitas tebu agar ke depannya dapat dihasilkan produksi domestik yang cukup untuk menekan impor gula.

"Menekan impor gula bukan pekerjaan mudah, apalagi melihat kebutuhan gula yang semakin meningkat. Menekan impor gula dapat dilakukan apabila produksi dalam negeri sudah mencukupi permintaan dan tersedia pada harga yang terjangkau di pasar. Tentunya dengan memiliki komoditas gula yang terjangkau dan tersedia secara lokal, baik produsen maupun konsumen sama-sama untung," kata Felippa Amanta di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pada saat ini harga gula lokal tiga kali lebih mahal dibandingkan dengan harga gula di pasar internasional, yang mengindikasikan adanya permintaan yang tidak tercukupi oleh pasokan dalam negeri.

Ia mengingatkan bahwa berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), diprediksi bahwa kebutuhan gula Indonesia akan mencapai 6,8 juta ton pada tahun 2020, sedangkan produksi gula dalam negeri di tahun 2019/2020 hanya mencapai sekitar 2,1 juta ton.

Selain itu, berdasarkan data FAO, produktivitas perkebunan tebu di Indonesia hanya mencapai 52,2 ton per hektare, atau lebih rendah daripada negara-negara penghasil gula lainnya, seperti Brazil yang mencapai 74,37 ton per hektare dan China yang mencapai 79,68 ton per hektare pada periode yang sama.

Felippa berpendapat bahwa salah satu penyebab rendahnya produksi gula lokal adalah banyak pabrik gula di Indonesia yang sudah sangat tua, bahkan diperkirakan ada sekitar 40 pabrik gula yang usianya lebih dari 100 tahun.

"Pabrik-pabrik gula ini perlu mendapatkan revitalisasi. Revitalisasi pabrik gula di Indonesia harus didukung adanya inovasi dalam teknologi. Pemerintah perlu membangun dan mengembangkan ekosistem riset yang mendukung terciptanya inovasi teknologi," ujar Felippa.

Inovasi tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pabrik gula dalam menghasilkan gula yang berkualitas.

Ia mengusulkan pula agar pabrik gula juga perlu menerapkan teknologi yang lebih mendukung hasil produksi yang lebih efisien.

"Mempertimbangkan penekanan impor gula bukan merupakan hal yang salah, namun sebaiknya yang patut diutamakan adalah peningkatan daya saing pabrik gula Indonesia dan kebijakan pemerintah yang mendorong modernisasi pabrik gula dapat menjadi salah satu langkah awal yang patut dipertimbangkan untuk menekan harga gula," ucapnya.

Sebelumnya, Perum Bulog mengusulkan pemerintah agar BUMN pangan tersebut mendapat penugasan importasi gula konsumsi kristal putih sebanyak 200.000 ton demi menstabilisasi harga gula yang kian melambung tinggi.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga rata-rata gula pasir Nasional hingga Rabu ini sudah mencapai Rp14.600 per kilogram. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan harga acuan tingkat konsumen sebesar Rp12.500 per kg.

"Panen tebu kan setelah lebaran. Kami sudah mengusulkan agar kami ditugaskan untuk melaksanakan importasi gula. Kami mengajukan 200.000 ton. Itu untuk gula konsumsi, bukan raw sugar," kata Direktur Operasional an Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh di Kantor Pusat Bulog Jakarta, Rabu (19/2).

Tri menjelaskan penugasan impor gula ini karena melihat harga gula di tingkat konsumen yang kian meningkat. Selain itu, kebutuhan konsumsi gula menjelang Ramadhan-Lebaran juga harus dipenuhi.

Di sisi lain, masa panen tebu baru berlangsung pada April-Mei. Pada waktu yang bersamaan, momen Puasa dan Lebaran jatuh pada bulan yang sama, sehingga kebutuhan konsumen terhadap gula pasir harus segera diantisipasi melalui impor.

Usulan penugasan impor gula ini juga sudah disampaikan dalam rapat koordinasi terbatas yang digelar di Kemenko Perekonomian pada Senin (17/2).

Baca juga: RNI targetkan kelola 78.000 hektare kebun tebu 2020

Baca juga: Stabilisasi harga, Bulog minta ditugaskan impor gula 200.000 ton


 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020