Atsiri Research Center Univeristas Syiah Kuala (Unsyiah) di Provinsi Aceh mendorong hilirisasi riset minyak nilam yang merupakan salah satu jenis minyak atsiri dengan memproduksi berbagai produk yang berbahan minyak nilam untuk meningkatkan ekonomi setempat.Dengan mesin ini kita bisa memproduksi minyak nilam 24 ton per tahun,
"Kami dari Atsiri Research Center juga mengembangkan pengembangan hilirisasi dari pada minyak nilam. Kami memproduksi parfum, bodh lotion, hand sanitizer, medicated oil dan produk lainnya dengan menggunakan minyak nilam," jelas Kepala Atsiri Research Center Syaifullah Muhammad di Kantor Atsiri Research Center, Aceh, Jumat.
Dengan adanya berbagai produk tersebut, diharapkan menciptakan ekosistem bisnis minyak nilam dan menumbuhkan startup yang tertarik untuk mengembangkan dan menjual produk berbahan minyak nilam.
Baca juga: Alat fraksinasi minyak nilam diresmikan Menristek di Aceh
Atsiri Research Center pada Jumat (28/2) mendapatkan alat fraksinasi dan distilasi untuk memproses dan menghasilkan minyak nilam bernilai tambah. Alat buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk penyulingan minyak nilam itu mampu menghasilkan 24 ton minyak nilam per tahun.
"Dengan mesin ini kita bisa memproduksi minyak nilam 24 ton per tahun. 24 ton itu bukan minyak crude oil tapi minyak nilam yang sudah kita proses," ujar Syaifullah.
Dengan 24 ton minyak nilam per tahun itu, maka dapat dibuat 12 juta botol parfum, yang jika satu botol dijual seharga Rp150 ribu di dalam negeri, maka akan mendatangkan sebanyak Rp1,8 triliun. Bahkan harga minyak nilam bisa jauh lebih mahal tergantung pada kadar minyak nilamnya.
Baca juga: Harga tinggi, pegiat atsiri ajak petani budi daya nilam
"Karena ini harga jual minyak nilam di dalam negeri Rp150.000 per botol tapi kalau sudah sampai di Perancis harganya bisa Rp1.500.000," ujarnya.
Sementara jika dijual ke luar negeri seperti ke India, Asia Selatan, Asia Tenggara, Eropa, Amerika dan sebagainya, maka harga jual akan jauh lebih besar, karena minyak nilam terutama yang berasal dari Aceh sangat diminati pembeli dari luar negeri.
Minyak nilam itu dapat digunakan untuk membuat wangi parfum lebih tahan lama dan untuk bahan produk kosmetik.
"Jadi ini adalah peluang kita kita kelola dengan baik dan Insya Allah akan bisa berdampak untuk peningkatan ekonomi di Aceh, " tambahnya.
Semakin tinggi kadar patchouli oil dalam parfum maka parfum dapat bertahan lama. Jika parfum hanya menggunakan alkohol tanpa minyak nilam maka wanginya hanya dapat bertahan sekitar empat jam, sementara wangi dari parfum yang dicampur dengan minyak nilam dapat bertahan sekitar 6 hingga12 jam bahkan lebih tergantung kadar persen minyak nilam yang dicampur.
Baca juga: Harga minyak atsiri tembus Rp500.000, petani tertarik budi daya nilam
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020