Perusahaan penanaman modal asing, PT Bintan Alumina Indonesia menargetkan berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan, sebesar Rp30 triliun.Modal usaha yang dikeluarkan perusahaan terus bertambah. Tahun ini bisa mencapai belasan triliun rupia
Direktur PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) Santoni, di Tanjung Pinang, Sabtu, mengatakan realisasi investasi di KEK Galang Batang yang telah dilaporkan kepada pemerintah mulai tahun 2017 sampai Januari 2020 sebesar Rp4,9 triliun.
"Modal usaha yang dikeluarkan perusahaan terus bertambah. Tahun ini bisa mencapai belasan triliun rupiah," ujarnya.
Santoni menjelaskan saham di PT BAI bukan hanya milik pengusaha asal China, melainkan juga Malaysia dan Indonesia. Namun saham terbesar dikuasai oleh pengusaha asal China.
"Yang paling kecil dari Indonesia," katanya.
Baca juga: Pemancangan pelabuhan industri aluminium Bintan pada Agustus
PT BAI menargetkan akhir tahun ini smelter yang dibangun sejak tiga tahun lalu sudah beroperasi. Pihak perusahaan hanya membeli bauksit lokal, kemudian diolah menjadi alumina.
Persediaan bauksit di Pulau Bintan, cukup banyak. Bahkan pengelolaan bauksit menjadi alumina dapat dilakukan selama bertahun-tahun.
Usaha pengelolaan bauksit menjadi produk alumina, menurut dia, menguntungkan daripada menjual mentah bauksit tersebut ke China. BAI sendiri sudah memiliki pembeli alumima tersebut.
"PT Inalum dan pengusaha Malaysia akan membeli produk kami," ujarnya.
PT BAI tidak hanya bekerja sendiri di KEK Galang Batang, melainkan melibatkan perusahaan lainnya. Mitra kerja dibutuhkan untuk mempercepat target pembangunan smelter, pelabuhan, dan PLTU.
Baca juga: Investasi di KEK Galang Batang Rp36,3 triliun
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020