Bank Indonesia tidak akan membatasi pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cenderung melemah karena kekhawatiran pelaku pasar global.Tujuan kami stabilitas nilai tukar agar sesuai fundamental dan mekanisme pasar
"Tidak ada batasan, karena tujuan kami stabilitas nilai tukar agar sesuai fundamental dan mekanisme pasar," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Senin.
Perry mengatakan selama periode Januari-Februari 2020, Bank Indonesia telah membeli SBN yang dilepas investor asing hingga mencapai Rp103 triliun, dengan Rp80 triliun di antaranya sejak akhir Januari ketika wabah virus corona jenis Covid-19 merebak.
Menurut dia, penyebaran virus corona yang makin meluas hingga AS dan Eropa telah menyebabkan investor global menarik dana di pasar keuangan berkembang dan mengalihkan kepada aset keuangan dan komoditas yang dianggap aman seperti US-T Bond dan emas.
"Minggu lalu juga terjadi risk off besar-besaran di mana-mana dan meningkatkan outflow dari Indonesia. Kondisi ini memberikan tekanan depresiasi cukup tajam kepada rupiah, tapi kami yakin ini temporer bukan karena fundamental," ujarnya.
Oleh karena itu, Perry memastikan pembelian di pasar SBN ini merupakan salah satu strategi intervensi Bank Indonesia di pasar spot valuta asing dan domestic non deliverable forward (DNDF) untuk meminimalkan risiko volatilitas nilai tukar rupiah.
Selain itu, Bank Indonesia telah menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) valuta asing bank umum konvensional dan syariah, dari yang semula delapan persen dari dana pihak ketiga (DPK) menjadi empat persen dari DPK, untuk meningkatkan likuiditas valuta asing (valas) di perbankan.
Baca juga: BI turunkan rasio Giro Wajib Minimum valas, ini alasannya
Perry mengatakan penurunan GWM valas yang berlaku sejak 16 Maret 2020 ini dapat meningkatkan likuiditas di perbankan hingga 3,2 miliar dolar AS.
Saat ini, ia menambahkan Bank Indonesia juga akan terus memantau dampak penyebaran virus corona kepada perekonomian, apalagi pemerintah sudah memastikan adanya pasien yang terkonfirmasi virus corona di Indonesia.
"Kami masih konsisten bahwa dampak terberat dari Covid-19 pada Februari dan Maret, mulai mengalami perbaikan di April dan pulih dalam enam bulan sesuai assessment. Kami akan terus lakukan update sejumlah kebijakan," ujarnya.
Baca juga: BI yakin inflasi terjaga sesuai sasaran hingga akhir 2020
Baca juga: Pemerintah pastikan dorong pembiayaan dari SBN domestik pada 2020
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020