"Peluang itu ada, yang pasti harus lebih banyak teknopreneur atau entrepreneur yang punya basis di bidang teknologi," kata dia di Jakarta, Rabu.
Karena, ujar dia, teknopreneur tersebut lah yang akan mendorong digital menjadi bisnis. Kemudian jika sudah ada pengusaha maka tahapan selanjutnya mereka harus bisa bertahan dengan menggunakan konsep penelitian dan pengembangan.
Baca juga: Menristek: Riset perguruan tinggi tingkatkan ekonomi masyarakat lokal
Setelah itu, para pengusaha juga harus memiliki penelitian dan pengembangan yang kuat. Hal tersebut tentunya wajib didukung sumber daya manusia yang memadai pula agar bisa bersaing.
"Ini tujuannya agar bisa bersaing sesama perusahaan dari negara lain," ujar dia.
Kesimpulannya adalah untuk mencapai peluang Indonesia maju di sektor digital tadi, maka fokus yang harus dikejar ialah penguatan "Talent Pool" atau sekelompok orang bertalenta di bidang teknologi informasi.
"Fokus kedua adalah mendorong lebih banyak lagi pengusaha di Tanah Air. Kombinasi kedua ini lah yang dibutuhkan," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Kabinet Indonesia Kerja tersebut.
Menurutnya, permasalahan sumber daya manusia merupakan faktor besar yang hingga kini masih menghalangi Indonesia menjadi pemain besar dalam bidang riset dan inovasi itu sendiri.
Baca juga: BRIN tumbuhkan semangat berinovasi di Indonesia
Oleh sebab itu, dari sekarang Indonesia harus mulai mengukur sumber daya manusia terutama hal yang masih krusial termasuk kalangan milenial agar mereka nantinya bisa menjadi yang terdepan untuk mendorong riset dan inovasi di Tanah Air.
Meskipun demikian, Bambang mengaku untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang riset bukanlah perkara mudah. Karena tentunya jenjang pendidikan, kualitas pendidikan yang harus diikuti bukan sembarangan.
Baca juga: Menristek resmikan alat fraksinasi minyak nilam
Baca juga: Alat fraksinasi minyak nilam diresmikan Menristek di Aceh
Baca juga: Menristek: Litbang harus jadi kebutuhan swasta
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020