• Beranda
  • Berita
  • "Hand sanitizer" buatan sendiri, efektifkah cegah COVID-19?

"Hand sanitizer" buatan sendiri, efektifkah cegah COVID-19?

4 Maret 2020 15:02 WIB
"Hand sanitizer" buatan sendiri, efektifkah cegah COVID-19?
ilustrasi (Shutterstock)
Seiring kasus infeksi virus corona baru atau COVID-19 di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, masyarakat mulai menyadari pentingnya higienitas, salah satunya melalui penggunaan hand sanitizer atau produk pembersih tangan.

Namun, hal ini malah berujung semakin sulitnya menemukan produk hand sanitizer di sejumlah apotek dan toko.

Sebagian orang lalu mulai berkreasi, membuat produk pembersih tangan sendiri (DIY hand sanitizer) . Bahan yang digunakan beragam, antara lain alkohol 70 persen dan essential oil.

Pertanyaanya, efektifkah bahan-bahan ini melawan virus dan kuman?

"Hand sanitizer perlu setidaknya 60 persen alkohol agar efektif," ujar direktur kesehatan Parkway Shenton di Singapura, Dr. Edwin Chng seperti dilansir Channel News Asia belum lama ini.

Di sisi lain, konsultan divisi penyakit infeksi National University Hospital, Dr. Natasha Bagdasarian mengatakan, bahan-bahan seperti essential oil tidak memberikan perlindungan yang andal dari virus-virus.

Sedangkan bila menggunakan alkohol 60-90 persen, bisa cukup namun tidak baik untuk kulit Anda.

“Menggunakan alkohol di tangan Anda dapat menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah. Lebih baik menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol karena diformulasikan khusus untuk kulit, dan mungkin mengandung emolien atau pelembab," kata Bagdasarian.

Lalu bagaimana dengan obat kumur dan tisu basah?

Obat kumur memang mengandung agen antimikroba termasuk chlorhexdine gluconate dan triclosan, tetapi sebaiknya jangan digunakan sebagai pembersih tangan bahkan dalam keadaan darurat.

"Jumlah agen pembersih yang efektif mungkin tidak konsisten dengan yang dibutuhkan untuk membersihkan tangan Anda secara menyeluruh," tutur Bagdasarian.

Lagipula, sebagian besar merek pembersih tangan juga mengandung agen pembunuh kuman lainnya seperti benzethonium chloride, benzalkonium chloride atau povidone-iodine agar bekerja efektif, kata Chng.

Sementara itu, menggunakan tisu basah untuk mendisinfeksi tangan mungkin tidak efektif karena produk ini fungsinya untuk membersihkan permukaan benda, menurut Chng.

"Hal yang sama berlaku untuk tisu bayi. Produk ini umumnya tidak mengandung bahan kimia untuk sanitasi dan tingkat alkohol yang cukup karena bisa terlalu mengiritasi kulit bayi," kata dia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan, mencuci tangan menggunakan air dan sabun menjadi upaya terbaik mencegah infeksi virus, termasuk COVID-19.



Baca juga: "Hand sanitizer" untuk cegah flu, apa yang perlu diperhatikan?

Baca juga: Perlukah sabun khusus untuk cuci tangan?

Baca juga: Bolehkah cuci tangan pakai air kobokan?

 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020