"Sampai saat ini situasi kamtibmas di Sandosi aman terkendali," katanya ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat.
Ketika dihubungi, Deny mengaku sedang berada di Desa Sandosi bersama-sama dengan kepala desa setempat untuk melakukan upaya pengendalian situasi.
Dia mengatakan, selain kepala desa, pihaknya melakukan pendekatan dengan unsur musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) dan tokoh-tokoh adat setempat untuk bersama-sama menjaga situasi kamtibmas agar bisa kondusif.
Lebih lanjut, terkait personel keamanan, Deny mengatakan telah mengerahkan personel dari Polres Flores Timur dan jajaran Polsek sebanyak 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi) berjumlah sekitar 100 orang.
Selain itu personel Bantuan Kendali Operasi (BKO) juga dikirim dari daerah lain di antaranya Kabupaten Lembata sebanyak 1 SST (Satuan Setingkat Peleton) berjumlah 30 orang, Kabupaten Sikka 1 SST, Dalmas Polda NTT 1 SST, serta personel Brimob dari Sikka 1 SKK.
Bantuan pengamanan situasi juga dilakukan personel TNI dari Komando Distrik Militer (Kodim) setempat sebanyak 1 SST, katanya.
Perang tanding antarwarga dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang.
Korban tewas di antaranya dari suku Kewaelaga masing-masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedang dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).
Baca juga: Pengamat: Perlu tim mediator adat selesaikan "perang tanding" Adonara
Baca juga: Mahasiswa Witihama ajak milenial hindari provokasi konflik di Adonara
Baca juga: Redam konflik antarsuku, ratusan personel BKO dikirim ke Adonara
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020