Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Jawa Tengah mengungkapkan menurunnya pasokan bahan baku obat yang sebagai besar masih diiimpor, menyusul masih merebaknya Virus Corona baru atau Covid-19.Sebenarnya saat ini sudah ada kenaikan, tapi tidak dirasakan karena banyak yang menggunakan obat dari BPJS
Wakil Sekretaris GP Farmasi Jawa Tengah Sukadi di Semarang, Jumat, mengatakan 90 persen bahan baku obat harus didatangkan dari luar negeri.
"Dari jumlah itu, sekitar 60 hingga 62 persennya harus didatangkan dari China," katanya.
Dengan kondisi saat ini, lanjut dia, banyak pemasok yang menyatakan menunda pengiriman, meski sudah ada kontrak pembelian dengan industri di dalam negeri.
Baca juga: Menkes: COVID-19 buka peluang bagi industri farmasi dalam negeri
"Mereka menyatakan tetap akan mengirim, namun saat ini masih ada penundaan," katanya.
Persediaan bahan baku yang ada saat ini, lanjut dia, diperkirakan hanya bisa memenuhi kebutuhan produksi sekitar 1 hingga 2 bulan ke depan.
Ia mencontohkan kebutuhan paracetamol yang masih didatangkan dari China sebagai bahan baku obat lainnya.
Sukadi menuturkan kebutuhan bahan baku dari China tidak memungkinkan didatangkan dari negara lain mengingat harga yang lebih tinggi.
Ia menilai keterbatasan pasokan bahan baku ini akan memicu kenaikan harga obat.
Baca juga: Menkes dorong penggunaan obat berbahan asli Indonesia di pelayanan JKN
"Sebenarnya saat ini sudah ada kenaikan, tapi tidak dirasakan karena banyak yang menggunakan obat dari BPJS," kata Sukadi.
Oleh karena itu, kata dia, para pengusaha farmasi mengharapkan adanya kepastian upaya dalam menghadapi penyebaran Virus Corona.
Selain itu, pengusaha juga mengharapkan adanya stimulan, seperti kemudahan untuk mendatangkan bahan baku obat.
Baca juga: Menkes dorong perluasan penggunaan obat berbahan baku asli Indonesia
Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020