Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) memastikan seluruh penumpang kapal pesiar berbendera Bahama, MV Albatros negatif dari virus COVID-19, kata Wakil Gubernur NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah.Jadi, kapal pesiar asal Australia itu bebas virus COVID-19 karena dari pemeriksaan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) hasilnya seluruh penumpang dan kru yang tercatat tidak ada yang terjangkit virus itu
Ia mengatakan bahwa diperbolehkannya kapal pesiar MV Albatros bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, lantaran kapal itu telah melewati serangkaian pemeriksaan secara ketat sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan pemerintah dan internasional.
"Jadi, kapal pesiar asal Australia itu bebas virus COVID-19 karena dari pemeriksaan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) hasilnya seluruh penumpang dan kru yang tercatat tidak ada yang terjangkit virus itu. Makanya, kami persilakan bersandar ke Pelabuhan Gili Mas," kata Wagub saat memberikan keterangan pers didampingi Kadis Kesehatan, Kadis Pariwisata, Kadis Perhubungan dan Kepala KKP Pelabuhan Lembar di Mataram, Senin.
Wagub mengaku perlu menjelaskan terkait keberadaan dan kondisi penumpang MV Albatros yang sandar di pelabuhan setempat pada Senin (9/3) pagi hari pada Pukul 04.00 WITA.
Ia mengatakan proses pemeriksaan yang dilakukan selama tiga jam sejak kapal sandar hingga selesai pemeriksaan sekitar pukul 07.00 WITA oleh tim KKP yang berjumlah sebanyak 10 orang itu telah sesuai standar pemeriksaan internasional.
Dalam pemeriksaan itu, katanya, semua penumpang kapal MV Albatros sebanyak 337 orang harus antre satu per satu terlebih dahulu untuk dilakukan "chek up" kondisi tubuhnya.
Namun sebelum itu, kru dan ABK kapal telah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan.
"Setelah dilakukan pemeriksaan, dan hasilnya negatif. Maka, sebanyak 170 orang penumpang yang sehat itu diperbolehkan turun ke pelabuhan," kata Rohmi.
Sebanyak 170 orang penumpang yang turun itu berkeliling ke sejumlah obyek wisata di Pulau Lombok. Hanya saja, tujuannya dibatas yakni hanya ke Museum Negeri NTB di Mataram dan makan siang di kawasan Pantai Senggigi, Lombok Barat. Sementara, sisanya hanya bermain sepeda di sekitar Pelabuhan Gili Mas.
Selain itu, ratusan wisatawan asal Jerman dan Australia itu juga diharuskan mengurangi interaksi dengan masyarakat umun.
"Itu pun sepanjang rute kita kawal para penumpangnya secara senyap. Bahkan, mereka juga kita proteksi ke tempat lainnya di luar rute yang sudah ditentukan. Inilah upaya kita menenangkan masyarakat agar mencegah banyaknya hoaks yang merajalela, sehingga membuat akal sehat kita enggak jalan," katanya.
"Saya harapkan kawan-kawan media juga membantu memberitakan sesuai faktanya. Yakni, menenangkan situasi sulit yang kini kita hadapi terkait virus Corona itu," tambahnya.
Rohmi menegaskan kembali jika tidak semua kapal pesiar yang datang ke NTB itu berbahaya. Apalagi, kedatangan kapal pesiar yang biasanya sandar hanya satu hari itu, telah mampu memberi efek ekonomi yang baik bagi masyarakat selama ini.
"Dalam situasi sulit ini, maka semua potensi yang ada akan kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tapi, prinsip kita tetap pakai akal sehat. Yakni, jika ada 'suspect' COVID-19 maka jelas kita tolak. Apalagi, jika rute kapal itu melewati negara-negara yang masuk 'suspect', di antaranya, China, Iran, Korea Selatan dan Singapura. Maka, sudah pasti NTB akan menolaknya," demikian Sitti Rohmi Djalilah.
Baca juga: Pemprov NTB bentuk corona crisis center
Baca juga: Kapal pesiar Viking Sun tak diizinkan berlabuh di Lombok
Baca juga: Kapal pesiar Albartos singgahi Ambon akhir Februari
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020