Jadi ini merupakan pembaruan (renewal) dari perjanjian sebelumnya, dan sifatnya jangka panjang
Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat untuk memperkuat kerja sama pelatihan diplomat serta penguatan peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan.
Kesepakatan tersebut dituangkan dalam dua dokumen yang ditandatangani Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Belanda Stephanus Abraham Blok di Jakarta, Senin malam.
Menurut Menlu Retno, pelatihan bagi diplomat Indonesia merupakan kerja sama yang sudah berlangsung selama 16 tahun dengan Belanda.
Melalui nota kesepahaman (MoU) yang ia tanda tangani dengan Menlu Belanda, maka kerja sama tersebut diperpanjang untuk empat tahun ke depan.
“Jadi ini merupakan pembaruan (renewal) dari perjanjian sebelumnya, dan sifatnya jangka panjang,” kata Retno.
Terkait kerja sama bidang perempuan dan perdamaian, Menlu Retno menegaskan bahwa bidang itu telah menjadi salah satu isu prioritas dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.
Indonesia tengah berupaya aktif untuk mengarusutamakan peran dan partisipasi perempuan dalam proses perdamaian, termasuk pencegahan konflik, resolusi konflik, dan pembangunan pascakonflik.
“Kita kan sedang mempersiapkan para diplomat, negosiator, dan mediator perempuan asal Indonesia untuk sewaktu-waktu diperlukan dapat berpatisipasi dalam negosiasi-negosiasi perdamaian,” kata Retno.
“Oleh karena itu kita menjalin kerja sama dengan Belanda mengenai isu ini, jadi dalam bentuk pertukaran, pelatihan, dan sebagainya. Kerja sama ini berlaku untuk tahun dan setelah itu akan dilihat kembali,” ia melanjutkan.
Saat ini, Indonesia menuju pembentukan Southeast Asia Network of Women Peace Negotiators and Mediators untuk memperkuat kontribusi perempuan dalam mendorong perdamaian yang lestari di kawasan.
Selain itu, pada 1 Maret lalu, Menlu Retno meluncurkan Indonesia-Afghan Women’s Solidarity Network di sela-sela kunjungannya ke Kabul, Afghanistan, untuk mendorong perdamaian di negara itu.
Dalam kesempatan itu, Menlu Retno juga menerima Bintang Kehormatan Malalai dari Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, sebagai penghargaan atas kerja keras terus-menerus dalam memajukan kerja sama bilateral, rasa percaya antara kedua bangsa, serta membangun perdamaian di kawasan dan dunia.
Baca juga: Menlu RI-Belanda bahas peningkatan kerja sama
Baca juga: PM Belanda-Menlu Indonesia puji hubungan kedua negara
Baca juga: Enam perusahaan Belanda ekspansi usaha di Indonesia
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020