Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan program "merdeka belajar" berbasis teknologi informatika dalam rangka mendorong inovasi guru dalam memberikan kemudahan bagi siswa dalam belajar.Merdeka belajar memberikan keleluasaan guru mengevaluasi hasil belajar anak
Kepala Disdikpora Gunung Kidul Bahron Rasyid di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan Disdikpora mendorong semua guru melakukan inovasi untuk pembelajaran merdeka kepada sekolah supaya bisa memberikan pelajaran maksimal.
“Merdeka belajar memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengevaluasi hasil belajar anak. Kepada siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan dan dikembangkan sesuai dengan potensi masing-masing,” kata Bahron.
Menurut Bahron, aktivitas di SD Negeri 1 Wonosari merupakan bagian dari contoh sekolah merdeka belajar. Saat ini anak yang diberikan kebebasan untuk menentukan tema pembelajaran.
“Ini merupakan konsep merdeka belajar, dimana guru merdeka murid merdeka. Anak-anak terbiasa pegang telepon genggam. Itu tidak salah, asalkan orang tua mengarahkan,” katanya.
Baca juga: Kemendikbud anggarkan dana Rp595 miliar untuk Organisasi Penggerak
Baca juga: PGRI : Merdeka Belajar jadikan profesi guru lebih independen
Ia mengatakan, diharapkan depan konsep baru Mendikbud akan dicoba diterapkan kepada semua sekolah dan semua tingkatan.
“Dengan pola ini maka tidak lagi ada keraguan guru dalam mengembangkan potensi didik yang dimiliki. Dengan inovasi yang mereka ciptakan, justru kemerdekaan ini akan mendorong kepada guru di sekolah untuk melakukan inovasi apa saja demi tercapainya tujuan pembelajaran,” katanya
Dengan demikian, ujarnya anak-anak tidak akan terkungkung oleh materi, program baku namun anak-anak bisa memilih potensi apa yang akan dikembangkan.
Anak memiliki multi talenta yang ketika diberikan fasilitas untuk berkembang, guru memfasilitasi maka akan lahir bakat-bakat luar biasa untuk dikembangkan, ujarnya.
“Sebenarnya, 2015 kami sudah memulai dan baru intens di 2017. Kebetulan gayung bersambut ada program Google for Education datang di tengah semangat untuk belajar. Sudah lebih dari 50 sekolah mengembangkan model merdeka belajar, baik di SD maupun SMP,” katanya.
Disinggung mengenai kendala, Bahron mengatakan ada pada keterbatasan alat atau sarana dan prasarana. Sementara jaringan sudah cukup bagus, guru pun semangat. Kendala yang ada akan diatasi dengan saling bertemu.
“Antara guru tertentu, peran musyawarah guru mata pelajaran dioptimalkan yang akan bertemu terus untuk saling melengkapi,” katanya.
Kabid TK SD Disdikpora Gunung Kidul Sumarto mengatakan ada lima sekolah menerapkan program “Merdeka Belajar", yakni SMP Negeri Karangmojo, SD Negeri 1 Wonosari, SMA Negeri 1 Playen dan SD Negeri 1 Mulusan serta SD Negeri Pampang II, Paliyan.
Program ini memudahkan siswa mendapatkan materi pelajaran, meski izin tidak masuk sekolah. Siswa dapat mengakses materi pelajaran karena sudah diberi akses masuk jaringan.
“Jadi pendeknya, dari luar kelas sekalipun anak-anak tetap bisa belajar. Anak-anak juga telah diberikan akun untuk log in,” kata Sumarto.
Baca juga: Pemerhati: Kebijakan Merdeka Belajar tidak terintegrasi
Pewarta: Sutarmi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020