• Beranda
  • Berita
  • Presiden tanyakan alasan petani enggan tanam buah tropis

Presiden tanyakan alasan petani enggan tanam buah tropis

12 Maret 2020 12:58 WIB
Presiden tanyakan alasan petani enggan tanam buah tropis
Presiden Joko Widodo memberikan salam usai membuka Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) tahun 2020 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (12/3/2020). ASAFF Tahun 2020 yang diselenggarakan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) merupakan hasil kolaborasi antarnegara dan antarpebisnis di kawasan Asia untuk membangun kemandirian pertanian dan ketahanan pangan di Asia. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

Permintaan yang datang ke saya misalnya manggis. Ada salah satu, salah dualah ngurus manggis. Permintaan banyak tapi barang enggak ada. Banyak sekali permintaan, barangnya enggak ada. Kita mau bicara apa. Dari Timur Tengah, Eropa, Tiongkok, tapi bara

Presiden Joko Widodo menanyakan alasan petani di Indonesia yang enggan menanam buah tropis padahal permintaan pasar global sangat besar.

“Apa ada sih, saya mau tanya, ada yang memiliki 10 ribu hektare yang hanya ditanami buah tropis di negara kita?” tanya Presiden kepada ratusan anggota Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Istana Negara Jakarta, Kamis.

Presiden mengatakan, saat ini lebih banyak petani di Tanah Air yang justru lebih tertarik untuk membudidayakan sawit dan karet.

Menurut Presiden, petani di Indonesia bahkan tak peduli ketika harus menanggung rugi bersama-sama karena ada kalanya harga sawit atau karet yang jatuh di pasar global.

“Yang banyak sekarang ini kita tanam sawit, karet, dari dulu itu, dari dulu bukan sekarang, itu itu saja yang ditanam. Nanti kalau pas harganya turun kayak sekarang karet harga turun, sakit bareng-bareng. Beberapa tahun lalu sawit juga harga turun, sakit bareng-bareng. Masa kita seneng seperti itu,” katanya.

Baca juga: Presiden minta petani Indonesia kembali produksi rempah-rempah

Pada kesempatan itu HKTI akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) yang sekaligus dirangkai dengan acara The 2nd Asian Agriculture & Food Forum yang dilaksanakan di Jakarta.

Kepala Negara mengimbau petani untuk mulai fokus memilih komoditas yang memiliki nilai tinggi dan memiliki ceruk pasar yang besar. Komoditasnya dipilih betul-betul dan bukan komoditas yang serupa.

“Sekarang misalnya di daerah tertentu sebetulnya minyak atsiri tapi juga sampai penyulingannya, itu permintaannya banyak dari Prancis, Milan, tapi enggak pernah kita kerjakan secara serius,” katanya.

Untuk itu, ia meminta Indonesia segera menerapkan teknologi pertanian modern dengan manajemen yang baik terlebih karena buah tropis sangat diminati pasar dunia.

Baca juga: Presiden siapkan Rp50 triliun agar petani kembangkan teknologi

Permintaan yang diakuinya datang langsung kepadanya adalah manggis. “Permintaan yang datang ke saya misalnya manggis. Ada salah satu, salah dualah ngurus manggis. Permintaan banyak tapi barang enggak ada. Banyak sekali permintaan, barangnya enggak ada. Kita mau bicara apa. Dari Timur Tengah, Eropa, Tiongkok, tapi barangnya enggak ada,” katanya.

Kepala Negara kemudian menyarankan petani mulai melirik untuk lebih serius menggarap budi daya buah tropis.

“Dari HKTI satu dua yang memiliki kebun manggis, enggak usah banyak-banyak, enggak usah 100.000 hektare tapi 5.000 hektare manggis,” katanya.

Lahan seluas itu kata Presiden, masih banyak tersedia di luar Pulau Jawa yang bisa dimanfaatkan untuk budi daya buah tropis.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020