Pihak keluarga mendapat kabar Esa meninggal 1 Januari dari kerabat dan tetangga yang bekerja di negara yang sama, namun saat itu, pihak keluarga belum percaya karena baru bekerja di Jedah-Saudi Arabia selama tiga bulan dan tidak ada pemberitahuan dari pihak perusahaan atau sponsor.
Baca juga: TKI asal Batang meninggal di Hong Kong
"Saat berangkat tidak ada keluhan sakit atau mengidap penyakit berbahaya seperti jantung yang diduga penyebab meninggalnya Esa. Satu hari sebelum meninggal kami masih sempat video call," kata Cucun (42) ibu kandung Esa pada wartawan Kamis.
Ia menjelaskan, saat itu, anaknya mengatakan betah dan nyaman bekerja di Jeddah karena majikannya baik dan kondisi kesehatannya pun tidak terganggu sama sekali saat melakukan video call tanggal 29 Desember 2019.
Baca juga: TKI Sumenep meninggal jelang subuh di masjid Malaysia
Esa berangkat menjadi buruh migran ungkap Cucun, melalui penyalur tenaga kerja atau sponsor di Sukabumi bulan September 2019, namun dia tidak tahu pasti apakah anaknya berangkat melalui jalur legal atau ilegal.
"Niat Esa berangkat untuk membantu perekonomian keluarga yang serba sulit, terlebih untuk membiayai adiknya yang duduk di bangku SMP. Kami tidak menyangka Esa pulang dalam peti jenazah, setelah menunggu lebih dari dua bulan," katanya.
Baca juga: Istri TKI asal Kediri meninggal bersama bayinya
Hingga saat ini, pihak keluarga tidak percaya kalau Esa meninggal karena penyakit jantung. terlebih di bagian wajah terdapat luka lebam ketika peti jenazah dibuka dan sejumlah barang berharga miliknya tidak ditemukan.
"Kami berharap pemerintah membantu mencari kepastian meninggalnya Esa karena selama ini tidak ada riwayat penyakit jantung. Terlebih barang-barang milik almarhumah ada yang hilang seperti dua buah telepon selular," katanya.
Sementara Ketua RT setempat Komarudin, membenarkan adanya luka lebam di bagian wajah Esa, diketahui setelah pihak keluarga dan warga sekitar hendak membersihkan kembali jenazah sebelum dimakamnkan.
"Saya tidak tahu kapan Esa berangkat kerana saya pun baru menjabat. Saya baru tahu ketika jenazah sudah sampai di kampung kami dan hendak disemayamkan. Saya melihat ada luka lebam dibagian wajah, tapi tidak tahu penyebabnya," kata Komarudin.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020