• Beranda
  • Berita
  • Buka peta sebaran pasien positif COVID-19, Anies minta warga hati-hati

Buka peta sebaran pasien positif COVID-19, Anies minta warga hati-hati

14 Maret 2020 00:55 WIB
Buka peta sebaran pasien positif COVID-19, Anies minta warga hati-hati
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam konferensi pers mengenai COVID-19, Jumat (13/3/2020). ANTARA/Ricky Prayoga

Supaya masyarakat tinggal di rumah. Jangan banyak bepergian ke luar, sampai ini bisa terkendali

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membuka peta sebaran pasien positif corona dalam konferensi pers di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/3), untuk menekankan kepada masyarakat agar berhati-hati menghadapi penularan COVID-19 tersebut.

"Ini kami sampaikan sebagai gambaran, bahwa kalau kita tahu maka kita berhati-hati. Saya menyampaikan ini bukan untuk panik, tidak perlu panik, cukup mengurangi interaksi," katanya.

Hal tersebut, kata Anies, untuk menghindari sikap terlalu santai dalam menanggapi COVID-19 yang berefek pada lonjakan pasien positif karena tidak ada kehati-hatian.

"Kita harus belajar dari negara-negara yang agak 'santai' dalam mengantisipasi sehingga mengalami lonjakan," ucapnya.

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat tentang keberadaan 17 pasien positif COVID-19 yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni Tanjung Priok (2), Kelapa Gading (2), Kramat Jati (1), Pancoran (1), Cilandak (1), Mampang Prapatan (2), Kebayoran Baru (1), Kebayoran Lama (2), Kebon Jeruk (1), Kembangan (1), Cengkareng (2), dan Penjaringan (1), sementara yang masih menunggu hasil tersebar di hampir seluruh kecamatan Jakarta.

Dilihat dari data tersebut, Jakarta Selatan menjadi titik konsentrasinya.

Menurut Anies, hal tersebut karena terdapat pasien konfirmasi positif awal yang memang melakukan kegiatan dan kontak di tempat itu, sehingga potensi penularannya juga akan besar.

Hal itu, mengingat kontak tersebut membuat potensi tertular meningkat 38 kali lipat daripada yang tidak melakukan kontak langsung.

Baca juga: Kasus COVID-19 tersebar di Jakarta, DKI tidak lakukan "lockdown"

Oleh karena itu, katanya, kebutuhan penting untuk diketahui data pasien positif dan lokasi beraktivitasnya demi kebutuhan penelusuran atau "tracking" dan penyelidikan epidemiologi.

"Karena itulah, kenapa Social Distancing Measures (meminimalisasi kontak antarmanusia) harus dilakukan di Jakarta. Karena itulah kenapa kegiatan wisata yang kami kelola, ditutup dua pekan. Supaya masyarakat tinggal di rumah. Jangan banyak bepergian ke luar, sampai ini bisa terkendali," ucap Anies.

Ia juga berharap, Jakarta yang memiliki tiga laboratorium dengan status Bio Safety Level (BSL 2+), bisa menjadi laboratorium pendamping lab Penelitian Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan yang selama ini dipakai untuk pengujian, yakni Lab Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta, Lab Mikrobiologi Lembaga Eijkman, dan Lab Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI.

Hal itu, katanya, demi mempercepat penelusuran kontak pasien positif dan menghindari orang dengan COVID-19 tetapi tidak sadar lalu berinteraksi dengan masyarakat lainnya.

"Kami berharap ketiganya bisa dipakai, tujuannya adalah begitu ada pribadi-pribadi yang harus diuji, kita bisa langsung uji, kita bisa langsung mendapatkan hasilnya karena dalam satu hari bisa selesai. Kemudian kita bisa langsung bisa mendeteksi di mana saja mereka, lalu langkah-langkah pengisolasian atau pembatasan pergerakan itu bisa kita kerjakan," ucapnya.

Hingga saat ini, berdasarkan data yang diumumkan secara nasional, terdapat 69 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi positif, di mana 60 kasus masih dalam perawatan, lima pasien sembuh, dan empat orang meninggal dunia. Perawatan para pasien tersebut dilakukan di sejumlah daerah.

Baca juga: 4.208 orang cari tahu COVID-19 di DKI Jakarta
Baca juga: DKI siapkan skenario pembatasan ketat untuk antisipasi COVID-19
Baca juga: 30 kegiatan Maret-April di Jakarta berpotensi ditunda akibat COVID-19

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020