Pada kegiatan pemusnahan kelelawar yang dijual oleh pedagang di Pasar Burung Depok Solo tersebut dengan cara dibius terlebih dahulu, dan kemudian hewan dimasukan ke dalam lubang tanah untuk dibakar.
Baca juga: ITB tunda wisuda terkait pandemi COVID-19
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner DPKPP Surakarta Evi Nur Wulandari ada sebanyak 192 ekor kelelawar yang dimusnahkan dari pedagang di Pasar Burung Depok Solo.
Baca juga: Satu pasien diisolasi di RSUP Manado
Kegiatan pemusnahan kelelawar yang dijual pedagang di Pasar Burung Depok tersebut setelah hasil uji sampel oleh Balai Besar Penelitian Veteriner (BBPV) Bogor, Jawa Barat, dinyatakan positif terinfeksi beta corona, bukan Corona virus disease (COVID-19).
Baca juga: WNI eks-ABK World Dream paling banyak ke Jawa Timur dan Bali
"Masyarakat harus mengetahui virus beta corona pada kelelawar bukan COVID-19. BBPV Bogor mengambil sampel pada sejumlah kelelawar di Solo, dan hasilnya ditemukan virus beta corona," kata Evi.
Menurut Evi virus yang ada pada hewan kelelawar tersebut tidak menular ke manusia, tetapi hanya dapat menular pada hewan saja. virus itu, belum dapat menginfeksi ke manusia.
Meskipun, verus beta corona tidak berbahaya bagi manusia, tetapi pihaknya tetap melakukan antisipasi mulai dari sekarang dengan memusnahkan kelelawar ini. Apalagi Kota Solo sekarang sedang kejadian luar biasa (KLB) terhadap kasus COVID-19.
Menurut dia, hewan kelelawar tersebut diketahui menjadi sumber dari segala penyakit yang rawan menulari hewan lainnya, dan dikhawatirkan bisa menular kepada manusia.
Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 BKSDA Jateng Titi Sudaryanti Pasar Burung Depok Solo menjadi salah satu terbesar tempat yang menjual hewan kelelawar.
"Kami melarang pedagang berjualan hewan kelelawar. Jika ada kelelawar di alam bebas dibiarkan saja. Kami memusnahkan khusus yang ditangkap dan dijual bebas terinveksi virus beta corona," kata Titi.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020