Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Belitung, Dedy Suprapto di Tanjung Pandan, Rabu mengatakan pembuatan cairan tersebut disebabkan kelangkaan di sejumlah apotik di daerah itu.
"Bahkan harga cairan pembersih ikut melambung naik sejak merebaknya wabah COVID-19," ujarnya.
Menurut dia, produksi pembersih tangan tersebut memang hanya diperuntukkan bagi kalangan internal dinas mereka saja, namun jika diminta memproduksi dalam jumlah besar pihaknya siap melakukannya.
Baca juga: Lapas Muara Teweh beri 'hand sanitizer' ke pengunjung, cegah COVID-19
Baca juga: SMKN 1 Garut produksi "hand sanitizer" sendiri untuk cegah corona
Baca juga: Cegah COVID-19 Rutan Makassar racik hand sanitizer
"Kalau memproduksi dalam jumlah banyak sebenarnya siap tidak masalah kalau bahannya bisa kita bantu," katanya.
Sedangkan, bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi cairan tersebut terdiri dari etanol, hidrogen peroksida, gliserol, dan amidis.
Adapun proses pembuatan cairan itu memakan waktu sekitar 72 jam dengan cara didiamkan.
"Dari empat itu yang tidak ada atau sulit didapat saat ini adalah gliserol. Kita cari di apotik juga tidak ada makanya kemarin kita gunakan alternatif lain kita ganti dengan alovera atau lidah buaya," ujarnya.
Ia menambahkan, cairan pembersih produksi mereka dinilai ampuh membunuh bahkan mematikan kuman yang menyebabkan virus.
"Hasilnya lumayan karena memang untuk membuat cairan hand sanitizer bahan-bahannya memang itu jadi sama," katanya.*
Baca juga: Sejumlah kampus keluhkan kelangkaan bahan baku "hand sanitizer"
Baca juga: Sikapi kelangkaan cairan pembersih tangan, UMM produksi secara masal
Baca juga: Dinkes Surabaya produksi "hand sanitizer" untuk dibagikan ke publik
Pewarta: Kasmono
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020