"Banyak banget yang nanya ini virus belum ada vaksinnya, kok bisa pemerintah indonesia gembar gembor menyembuhkan orang," ujar pasien COVID-19 Nomor 03 bernama Ratri Anindyajati di kediamannya di Depok, Kamis.
Menurutnya, virus yang menyebabkan COVID-19 tersebut berhasil dihilangkan dari tubuhnya ketika ia memiliki keinginan kuat untuk sembuh, kemudian dengan cara mengatur pola pikiran yang dapat menenangkan diri.
"Pak Yuri (juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto) sudah berkali-kali bilang ini virus adalah self limiting disease, antibiotik aja bukan obat untuk virus. Dan dokter di RSPI juga bilang, Mbak tenang aja, minum air yang banyak, tidur yang cukup, olahraga gerakin badannya," ujarrnya.
Menurutnya berbagai obat-obatan yang ia konsumsi selama masa karantina, yaitu obat-obatan pereda berbagai gajala, sesuai yang ia alami di ruang isolasi, seperti flu dan sesak nafas.
"Misalnya ada lendir, dikasih obat batuk racikan. Tiga hari kemudian lendir saya hilang, obatnya juga dihentikan. Terus saya dikasih antibiotik saya tanya kenapa? Karena mbak ada bakteri tambahan sedikit, jadi selama enam hari ke depan dikasih antibiotik. Ketika nafasnya kurang oke, dikasih nebulizer uap," tuturnya.
Senada dengan Ratri, ibundanya atau pasien nomor 02 bernama Maria Darmaningsih, menyebutkan bahwa ia bersama kedua anaknya berusaha mengatur pola pikir positif sebagai upaya untuk sembuh.
"Jangan lupa bahagia dan senyum, dengan senang hati dari dalam. Jadi setiap kali sholat selalu senyum kepada gusti Allah," kata Maria.
Pewarta: M Fikri Setiawan / Feru Lantara
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020