• Beranda
  • Berita
  • Indonesia tetap ekspor produk olahan jagung ke Vietnam

Indonesia tetap ekspor produk olahan jagung ke Vietnam

20 Maret 2020 18:23 WIB
Indonesia tetap ekspor produk olahan jagung ke Vietnam
Petani Pesanggem memanen jagung di kawasan hutan di Segulung, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (13/3/2020). Jagung dijual dengan harga Rp1.600 per kilogram dalam kondisi gelondongan. ANTARA FOTO/Siswowidodo/ama.
Ditengah lesunya ekonomi akibat pandemi Corona, ekspor sektor pertanian masih menunjukkan tren positif, salah satunya dengan ekspor 126 ton produk turunan jagung "Corn Gluten Meal" (CGM) ke Vietnam.

Kepala Karantina Pertanian Cilegon, Raden Nurcahyo, menjelaskan produk ekspor senilai Rp1 miliar ini telah melewati proses pemeriksaan dan karantina tumbuhan, serta diberikan Sertifikat Kesehatan Tumbuhan atau Phytosanitary Certificate (PC).

"Secara teknis ekspornya telah memenuhi persyaratan negara Vietnam. Kami juga berikan kemudahan dalam pelayanan sertifikasi," kata Raden Nurcahyo melalui keterangan di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Di tengah pandemi Corona, 15 ton gurita diekspor ke Jepang

Karantina Pertanian Cilegon melakukan layanan pemeriksaan di gudang pemilik atau inline inspection, sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian untuk mendorong peningkatan nilai ekspor pertanian dengan memberikan kemudahan dan kecepatan layanan.

Layanan ini selain untuk mempercepat proses muat barang di pelabuhan atau stuffing, juga untuk meningkatkan akurasi pemeriksaan. Dengan demikian, proses sertifikasi dapat berjalan dengan cepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan daya saing bagi komoditas yang diekspor.

Menurut Raden, pasar untuk komoditas ekspor ini selain Vietnam juga banyak diekspor ke Thailand dan India. CGM merupakan limbah jagung dari proses penggilingan jagung secara basah dari jagung yang digunakan dalam industri tepung jagung dan sirup.

Baca juga: Ekspor kerajinan Bantul menurun imbas COVID-19

CGM berbentuk serbuk atau bubuk, dengan warna kuning segar hingga coklat cerah. Produk ini umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan kandungan energi, protein, asam-amino, xantophyll, vitamin dan mineral.

Raden menambahkan , dari data sertifikasi ekspor, produk ini sepanjang 2019 tercatat sebanyak 5.500 ton dengan nilai Rp22,9 miliar, namun harus diakui wabah Corona sedikit menurunkan volumenya saat ini, tutup Raden.

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020