• Beranda
  • Berita
  • Kementerian BUMN: Obat COVID-19 akan dipasok ke RS rujukan

Kementerian BUMN: Obat COVID-19 akan dipasok ke RS rujukan

21 Maret 2020 22:17 WIB
Kementerian BUMN: Obat COVID-19 akan dipasok ke RS rujukan
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga (kedua kanan) menyerahkan obat Chloroquine untuk pasien COVID-19 ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di Jakarta, Sabtu (21/3/2020) (ANTARA/ Zubi Mahrofi)
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyampaikan bahwa obat-obatan untuk penanganan COVID-19 akan terus dipasok sesuaikan kebutuhan rumah sakit rujukan.

"Ada dua yang disebutkan Pak Jokowi (Presiden RI), yakni Chloroquine dan Avigan, kebetulan yang diproduksi BUMN adalah Chloroquine," ujar Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga di Jakarta, Sabtu.

Ia menyampaikan bahwa Chloroquine itu diproduksi oleh BUMN Farmasi, yakni PT Kimia Farma (Persero) Tbk sehingga tidak perlu melakukan impor obat tersebut.

Baca juga: RSPI Sulianti Saroso apresiasi penyerahan obat chloroquine

"Kalaupun impor sifatnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tapi kalau Avigan memang belum produksi di Indonesia," ucapnya.
Ia menambahkan Chloroquine akan dipasok ke sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan penanganan COVID-19.

"Mulai hari ini (21/3) kita akan sebarkan obat ini ke rumah sakit-rumah sakit rujukan sesuai dengan kebutuhannya. Pasokan obat ini akan diberikan terus-menerus sesuai dengan kebutuhan dan permintaan," ucapnya.

Sebelumnya, Ahli mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra menjelaskan obat antimalaria chloroquine phosphate memiliki efek antivirus karenanya bisa digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19, penyakit akibat infeksi virus Corona baru.

Baca juga: Jubir pemerintah minta masyarakat tidak beli dan simpan obat COVID-19

"Jadi zat klorokuin (chloroquine) punya antimalaria sekaligus punya aktivitas antivirus. Obat itu juga dipelajari untuk pengobatan HIV. Meski belum diketahui apakah bisa untuk virus apa saja, tapi yang jelas zat itu pernah diteliti juga punya aktivitas anti-HIV," katanya ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu (22/2/2020).

Ahli kesehatan China sebelumnya mengumumkan telah menemukan cara baru dalam menangani pasien COVID-19 dan menyatakan bahwa penggunaan obat antimalaria lebih efektif untuk merawat pasien COVID-19.
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020