• Beranda
  • Berita
  • Psikolog: Mood booster kurangi stres saat swa-isolasi cegah COVID-19

Psikolog: Mood booster kurangi stres saat swa-isolasi cegah COVID-19

23 Maret 2020 20:13 WIB
Psikolog: Mood booster kurangi stres saat swa-isolasi cegah COVID-19
Seorang pria bermain gitar di balkon rumahnya di Turin, Jumat (13/3/2020) untuk mengisi waktu saat karantina COVID-19 di Italia. ANTARA FOTO/ REUTERS/Massimo Pinca/pras.

utamakan untuk mencari berita dari website yang terpercaya

Psikolog Lathifah Hanum mengatakan masyarakat dapat memperbanyak asupan yang dapat menambah semangat atau mood boster saat menjalani karantina mandiri dalam upaya mencegah penularan wabah COVID-19.

"Sediakan hal-hal yang biasanya menjadi mood booster kita sehari-hari," kata psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) tersebut melalui rilis pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan cara meningkatkan semangat agar tidak jenuh saat menjalani karantina mandiri dapat dilakukan dengan banyak hal, salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan atau minuman kesukaan.

"Jika biasanya kita membeli kopi dalam perjalanan ke kantor untuk menemani pagi sebelum menjalani aktivitas, maka sekarang sediakan kopi tersebut di rumah. Tetap resapi rasa kopi tersebut seperti biasanya kita menyeruputnya setiap pagi," katanya.

Baca juga: Psikolog: Pembatasan sosial ubah perilaku sosial dengan adaptasi cepat
Baca juga: Psikolog: Dampingi anak untuk belajar di rumah


Kemudian, jika terbiasa melakukan olahraga kecil di tengah pekerjaan, maka kebiasaan tersebut juga dapat tetap dilakukan saat menjalankan isolasi di dalam rumah.

Selain itu, cara lain untuk mengurangi stres karena swa-isolasi adalah dengan tetap menjalin relasi dengan orang lain.

Meskipun sedang banyak mengalokasikan waktu di rumah, masyarakat, kata dia, tetap dapat menjaga relasi dengan orang lain dengan memanfaatkan media yang tersedia.

"Kita bisa juga mencoba media-media baru dalam interaksi kita tersebut, misalnya video call dengan fitur-fitur lucu yang disediakan oleh media tersebut," katanya.

Meski tidak bertatap muka secara langsung, interaksi sosial semacam itu, kata dia, dapat membantu mengekspresikan pikiran dan perasaan sehingga stres dapat berkurang.

Dengan demikian, hal-hal yang menimbulkan rasa tidak nyaman di dalam diri dapat diungkapkan. Bahkan, lawan bicara mungkin dapat membantu memulihkan rasa tidak nyaman secara psikologis.

Baca juga: Psikolog: Panik dan stress sebabkan daya tahan tubuh menurun
Baca juga: Psikolog minta orang tua buat kegiatan bersama di rumah


Berikutnya, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres adalah dengan membatasi konsumsi berita.

Di tengah wabah COVID-19 yang menjangkit semakin banyak orang, mengurangi konsumsi berita dapat menjadi solusi yang tepat untuk menghindari kesalahpahaman dan kepanikan akibat membaca berita-berita yang kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

"Pada kondisi saat ini, berita merupakan salah satu hal penting karena kita perlu mengetahui kondisi dunia, terutama kondisi negara kita sendiri. Namun jika kita terus mendengarkan berita tersebut selama 24 jam, maka kita pun bisa menjadi tertekan," katanya.

Untuk itu, masyarakat, kata dia, sebaiknya membatasi jumlah jam yang digunakan untuk mencari berita terkini.

Baca juga: Forum Pemred minta Pemerintah pertimbangkan karantina area tertentu
Baca juga: Maudy Ayunda stok sambal selama isolasi diri di Amerika


Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk membatasi akses terhadap berita-berita yang bersifat negatif.

"Utamakan untuk mencari berita dari website yang terpercaya dan mampu memberikan kita solusi terhadap situasi yang terjadi saat ini. Misalnya, website WHO," katanya.

Kemudian, yang terpenting dari semua upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan mental, masyarakat juga diimbau untuk tetap menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

"Beraktivitas di rumah bisa membuat kita terlena dengan waktu dan lupa waktu makan. Biasakan untuk tetap makan tepat waktu," kata dia.

Selain menjaga kesehatan tubuh, asupan makanan yang sehat juga dapat menjaga kesehatan mental. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk tetap menjaga asupan makanan agar tetap sehat secara jiwa dan raga.

Baca juga: Dokter: Karantina mandiri COVID-19 untuk kasus gejala ringan

Pewarta: Katriana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020