Melalui pernyataan pihaknya menyebutkan bahwa tujuh kasus tersebut merupakan petugas keamanan, yang melakukan kontak dengan dua kasus yang tercatat pada Sabtu ketika mereka tiba dari Pakistan melalui titik Penyeberangan Perbatasan Rafah dengan Mesir.
"Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa tujuh kasus itu ditempatkan dalam karantina khusus. Mereka tidak meninggalkan karantina di titik Penyeberangan Rafah dan mereka tidak berbaur dengan siapa pun di luar pusat karantina," bunyi pernyataan tersebut.
Ditegaskan bahwa tidak ada kasus COVID-19 tercatat di Jalur Gaza.
Pada Rabu pagi seorang perempuan Palestina meninggal dan dua kerabatnya, yang tertular virus, dipindahkan ke pusat karantina, menurut juru bicara pemerintah Palestina Ibrahim Melhem.
Total warga Palestina yang terinfeksi naik menjadi 71 kasus, termasuk sembilan di Jalur Gaza dan 62 di Tepi Barat. Melhem menuturkan bahwa 16 orang di Tepi Barat dinyatakan sembuh.
Otoritas Hamas, yang memerintah Jalur Gaza sejak 2007, mengambil sejumlah langkah ketat pencegahan COVID-19 di kantong tersebut, yang menampung dua juta penduduk.
Sumber: Xinhua
Baca juga: Qatar bantu Jalur Gaza Rp2,48 triliun untuk perangi virus corona
Baca juga: Kasus pertama virus corona dikonfirmasi di jalur Gaza Palestina
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020