Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya meminta pemerinta kota setempat meninjau ulang bahan benzalkonium chloride (BAC) yang digunakan pada bilik sterilisasi di sejumlah tempat publik ditinjau ulang karena tidak aman buat manusia.Bahan yang menggunakan BAC memang bisa digunakan pada benda-benda mati, seperti kursi, gagang pintu, dinding rumah, dan kandang hewan, tetapi disemprotkan pada manusia harus dipertimbangkan karena efeknya
Sekretaris Komisi D DPRD Surabaya Dr Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO, di Surabaya, Senin, mengatakan kebijakan Pemkot Surabaya membuat dan memasang banyak alat bilik sterilisasi yang menggunakan bahan BAC perlu ditinjau kembali karena banyak hal yang perlu dipertimbangkan.
"Alasan pertama bahan yang menggunakan BAC memang bisa digunakan pada benda-benda mati, seperti kursi, gagang pintu, dinding rumah, dan kandang hewan, tetapi disemprotkan pada manusia harus dipertimbangkan karena efeknya," kata Akmarawita Kadir.
Selain itu, lanjut dia, bahan tersebut bisa menyebabkan iritasi mukosa seperti saluran pernapasan, mata dan luka, selain itu reaksi alergi, pada kulit bisa menyebabkan hiperplasia epitel bahkan ulkus (luka).
Bahkan, lanjut Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Surabaya itu, sesuai penelitian dapat merangsang peradangan pada usus, dan menyebabkan kanker usus besar pada penggunaan kadar yang rendah.
"Walaupun penelitian ini masih pada tikus, tetapi patut dipertimbangkan untuk tidak mengunakan bahan ini, dan menghindari bahan lain seperti klorin yang mempunyai efek yang merugikan manusia juga," ujarnya.
Alasan Kedua, kata dia, ketika sesoranga sudah masuk ke dalam bilik dan keluar maka tidak pernah mencapai steril karena kalu mau steril maka itu harus zero kuman. Jadi sifatnya mengurangi jumlah mikroorganisme patogen saja.
"Jadi sebaiknya mengganti dengan bahan lain yang sifatnya antiseptik dengan fungsi yang sama dan relatif lebih aman itu adalah langkah yang sangat bijak," katanya.
Menurut dia, ada sistem ozon yang relatif lebih aman karena kandungannya adalah air dengan teknik ozonisasi ini juga bisa menjadi alternatif.
"Alternatif lain yang dinilai paling aman adalah membawa dua set pakaian ke kantor, nanti sampai di kantor kita mengganti pakaian. Karena pakaian kita dari rumah kan sudah di cuci dan sudah di setrika, pasti minim mikroorganisme patogen," katanya.
Sementara itu, Ketua Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya (Unair) Retno Sari mengatakan selama ini yang digunakan untuk penyemprotan di bilik sterilisasi atau bilik disinfeksi, sebenarnya itu adalah benzalkonium chloride.
"Prinsipnya dia merupakan kelompok senyawa ammonium quarterner yang bersifat surfaktan," kata Retno Sari.
Menurut dia, surfaktan artinya dia akan mempengaruhi permukaan. Biasanya kalau sabun itu termasuk surfaktan. Bahan aktif sabun itu termasuk surfaktan. Artinya kalau kita mencuci tangan dengan sabun, itu bahan-bahan yang lemak protein itu akan berikatan kemudian akan terjadi menggumpal kemudian akan merusak.
Dalam hal ini, ia menjelaskan bahwa virus merupakan makhluk hidup atau 'not living organism' yang tidak ada dinding selnya namun ada lapisan proteinnya, sehingga kalau protein itu terkena bahan yang sifatnya mempengaruhi sifat permukaannya, maka dia akan menggumpal dan rusak.
"Jadi bahan yang digunakan selama ini untuk bilik itu tentu saja dengan kadar yang aman. Kalau ada yang menyampaikan ada efek samping dan sebagainya semua bahan akan digunakan tidak sesuai dengan kadarnya itu pasti ada efek sampingnya," demikian Retno Sari.
Baca juga: BPOM keluarkan edaran cara membuat penyanitasi tangan, sebut pakar
Baca juga: Guru Besar : Kandungan disinfektan bilik sterilisasi di Surabaya aman
Baca juga: FTUI-Iluni siapkan bilik disinfeksi cepat distribusikan ke publik
Baca juga: Cegah COVID-19, Pemprov Jatim siapkan bilik pemeriksaan di Grahadi
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020