• Beranda
  • Berita
  • Dokter paru: Klorokuin bukan obat untuk pencegahan COVID-19

Dokter paru: Klorokuin bukan obat untuk pencegahan COVID-19

1 April 2020 19:19 WIB
Dokter paru: Klorokuin bukan obat untuk pencegahan COVID-19
Spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Andika Chandra Putra berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/9/2019). (ANTARA/Katriana)

Namun diakui bahwa berdasarkan pengalaman dari beberapa negara, terapi antiviral yang dikombinasi dengan obat klorokuin memberikan respons positif terhadap pengobatan wabah COVID-19.

Dokter spesialis paru pada Rumah Sakit Persahabatan dr. Andika Chandra Putra,Sp.P mengatakan klorokuin bukanlah obat untuk mencegah penyakit COVID-19, sehingga diimbau masyarakat untuk tidak membelinya tanpa resep dokter.

"Bukan, salah, klorokuin itu bukan obat untuk pencegahan COVID-19," katanya melalui sambungan telepon di Jakarta, Rabu.

Dr Andika mengatakan dirinya belum dapat memastikan apakah obat malaria itu bisa juga digunakan untuk mengobati penyakit COVID-19, yang disebabkan oleh virus SARS-COV-2.

Namun diakui bahwa berdasarkan pengalaman dari beberapa negara, terapi antiviral yang dikombinasi dengan obat klorokuin memberikan respons positif terhadap pengobatan wabah COVID-19.
Baca juga: Indonesia ikut riset gabungan penemuan obat COVID-19
Baca juga: Komunitas Indonegri temukan obat herbal ANTICOVID


Meski demikian, obat tersebut masih diuji coba dan belum dapat dijadikan standar untuk pengobatan wabah COVID-19.

Untuk itu, ia meminta kepada masyarakat untuk tidak membelinya tanpa resep dokter dan memborongnya secara berlebihan sehingga menyebabkan kelangkaan di pasar.

"Yang jadi masalah di masyarakat kita, mereka menganggap klorokuin itu obat pencegahan, sehingga ini jadi masalah buat kita di rumah sakit," katanya.

Akibat banyak orang yang berlomba-lomba membeli dan menyimpan obat tersebut, banyak rumah sakit mengalami kelangkaan persediaan dan semakin menyulitkan upaya untuk mengobati pasien-pasien yang menderita malaria.

"Akibatnya kita yang di rumah sakit sendiri jadi kesulitan karena jadi langka," katanya.

"Kami berharap masyarakat tidak memborongnya dan ada sadar regulasi yang jelas juga dari pemerintah sehingga obat ini harusnya hanya untuk rumah sakit," katanya lebih lanjut.
Baca juga: Konsorsium COVID-19 akan kembangkan alat deteksi, obat, dan vaksin
Baca juga: Hydroxychloroquine efektif untuk obat corona

Pewarta: Katriana
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020