• Beranda
  • Berita
  • IDI optimistis Indonesia bisa atasi COVID-19 asalkan gotong royong

IDI optimistis Indonesia bisa atasi COVID-19 asalkan gotong royong

3 April 2020 17:49 WIB
IDI optimistis Indonesia bisa atasi COVID-19 asalkan gotong royong
Ketua Umum PB IDI dr Daeng M Faqih saat diwawancarai awak media massa di Jakarta, Kamis (13/2/2020). ANTARA/Muhammad Zulfikar/pri.
Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia dr Daeng M Faqih optimistis Indonesia bisa mengatasi pandemi COVID-19 asalkan semua pihak bersama-sama melakukan tugasnya secara gotong-royong.

"Ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar Indonesia bisa mengatasi penyebaran penularan COVID-19, mulai dari tindakan dari pemerintah hingga upaya masyarakat," kata Daeng di Jakarta, Jumat.

Menurut Daeng, yang paling utama harus dilakukan adalah meningkatkan kapasitas layanan kesehatan di daerah, khususnya daerah yang memiliki kerentanan penularan tinggi dan kerentanan kondisi layanan kesehatan.

Baca juga: IDI: PSBB harus diawasi hingga RT/RW

Peningkatan kapasitas kesehatan yang dimaksud adalah mulai dari menyiapkan SDM kesehatan, fasilitas kesehatan untuk perawatan pasien, dan memastikan ketersediaan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan,alat pelindung diri (APD).

Dari sisi tenaga kesehatan, IDI melatih seluruh anggotanya, baik dokter umum maupun dokter spesialis berbagai bidang keilmuan untuk bisa memahami cara menangani pasien COVID-19.

Daeng mengaku dirinya telah berkoordinasi dengan organisasi profesi perawat agar melatih seluruh perawat di Indonesia dalam penanganan COVID-19.

Sekitar 200 ribu lebih dokter dan sekitar 1 juta perawat dilatih penanganan COVID-19 untuk mengantisipasi apabila terjadi lonjakan besar kasus positif di Indonesia.

Baca juga: IDI sarankan Jabar-Banten tingkatkan kapasitas antisipasi COVID-19

Baca juga: IDI: Perlu pengawasan untuk penanganan jenazah COVID-19 di keluarga


Untuk fasilitas kesehatan, Daeng berharap setiap daerah menyiapkan rumah sakit darurat seperti di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta untuk merawat pasien COVID-19.

Untuk meningkatkan kapasitas kesehatan ini, kata Daeng, butuh komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam hal penerbitan regulasi yang tidak berbelit-belit dan penggunaan anggaran untuk penanganan masa kedaruratan COVID-19. "Tentu itu semua tidak gratis, regulasinya harus jelas, anggaran harus jelas," kata Daeng.

Daeng mengingatkan bahwa sebanyak apapun fasilitas kesehatan dan tenaga medis disiapkan tetap tidak akan mampu apabila jumlah kasus COVID-19 terus meningkat tanpa henti. Untuk itu, pentingnya melakukan tindakan memutus rantai penularan dengan cara mendeteksi kasus secara masif, melacak riwayat kontak kasus, dan mengarantina setiap orang yang terindikasi membawa virus corona.

Baca juga: IDI ingin tenaga medis diberikan keleluasaan bergerak

Virus corona COVID-19 menyebar melalui penularan dari manusia yang terinfeksi kepada manusia yang sehat. Oleh karena itu, mengarantina setiap orang yang terinfeksi virus di tubuhnya harus dilakukan agar virus tidak bisa menular dan akhirnya mati.

Selain itu, masyarakat benar-benar mematuhi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). "Penerapan PSBB di masyarakat sudah tidak dalam taraf imbauan melainkan kewajiban dan harus ada pengawasan dari aparat," tuturnya.

Menurut dia, seluruh aparat harus dilibatkan untuk menjalankan kebijakan PSBB, mulai dari kepolisian, Satpol PP, Babinkamtibmas, Babinsa, RT/RW, dan tokoh masyarakat mengawasi serta mengingatkan masyarakat agar tetap di rumah untuk menekan penyebaran virus.

"Kalau itu semua dilakukan secara serempak, saya berkeyakinan kita bisa menghadapi COVID-19. Dengan semangat gotong royong kita pasti bisa," kata Daeng.

Baca juga: IDI bantah ancaman tenaga medis mogok karena tak ada APD

Baca juga: Organisasi profesi tenaga kesehatan minta jaminan APD tangani COVID-19

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020