"Keluargaku bosan di rumah, jadi kami ingin ada makhluk yang bisa menghibur," kata Dozie sambil mengelus bulu kelincinya yang berusia empat bulan.
Dozie, yang kantornya ditutup pekan lalu akibat pandemi, bicara di teras rumahnya di Lagos, Nigeria.
Jalanan yang biasanya ramai bingar kini jadi sepi saat karantina wilayah.
Nigeria melaporkan ada 190 kasus virus corona, 98 di antaranya di Lagos, di mana karantina wilayah telah diterapkan, membuat jutaan orang tinggal di rumah.
Namun, karantina wilayah justru menjadi rezeki untuk Akinjo Joshua, manajer toko online Hopsville Farm, yang sibuk karena banyak warga Nigeria mencari kenyamanan dan pelipur lara dari hewan peliharaan.
Baca juga: Penjaga dan hewan saling menemani di kebun binatang yang sepi
Baca juga: Terisolasi sendirian, warga Australia jadikan peliharaan pelipur lara
Tokonya punya 20 spesies kelinci yang dijual seharga 10.000 naira (Rp428.000) hingga 30.000 naira (Rp1,2 juta).
Meski Joshua menghentikan layanan pengiriman pekan ini, ada transaksi lebih dari 100 penjualan bulan lalu, di atas rata-rata penjualan yang biasanya mencapai 20 transaksi.
Kendati demikian, kelompok pembela hak hewan PETA memperingatkan kepada para pemilik kelinci bahwa binatang itu adalah makhluk rumit dengan kebutuhan khusus dan memelihara kelinci bukanlah keputusan enteng.
"Membawa kelinci atau binatang lain ke rumah adalah komitmen seumur hidup, bukan cuma untuk karantina wilayah," kata direktur PETA Elisa Allen.
"PETA berharap tidak ada peningkatan jumlah kelinci yang terlantar di Lagos ketika karantina wilayah usai."
Kelinci adalah hewan nomor tiga yang paling banyak ditelantarkan, kata PETA, karena yang memelihara menyadari binatang itu punya banyak kebutuhan.
Baca juga: Perusahaan dan universitas Jepang mulai uji vaksin corona pada hewan
Baca juga: Tutup karena corona, London Zoo minta bantuan untuk hewan
Baca juga: Seekor anjing dikarantina karena virus corona di Hong Kong
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020