"Saat ini di Indonesia ada sekitar 70-an distributor ventilator yang dapat memasok 231 jenis/tipe ventilator impor. Dengan kondisi pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia, terjadi keterbatasan stok ventilator impor. Sementara belum ada ventilator lokal produksi asli Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri," kata Ketua Tim Ventilator UI Dr. Basari yang juga merupakan Ketua Program Studi Teknik Biomedik FTUI dalam keterangan tertulisnya di Depok, Selasa.
Tim Ventilator UI merupakan kolaborasi dari para peneliti di Fakultas Teknik UI (FTUI), Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Rumah Sakit UI (RSUI), Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta Jurusan Teknik Elektromedik dan RSUP Persahabatan Jakarta.
Baca juga: Relawan COVID-19 terbanyak dari DKI Jakarta dan Jawa Barat
Keunggulan COVENT-20 adalah biaya produksi yang lebih hemat, compact, portable, hemat energi, serta mudah dioperasikan sehingga aman bagi PDP maupun pasien positif COVID-19 untuk perjalanan dari rumah atau ruangan observasi ke ruangan isolasi.
Basari mengungkapkan ventilasi multimode yang digunakan pada ventilator ini adalah sistem mode Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk pasien PDP yang biasanya masih sadar, jadi hanya perlu dibantu diberikan oksigen ke paru-paru.
Sedangkan mode Continuous Mandatory Ventilation (CMV) digunakan untuk pasien positif COVID-19 dengan gejala pneumonia berat yang tidak dapat mengatur pernapasannya, sehingga perlu dikontrol dengan mode CMV. Ventilator ini juga dilengkapi Positive End Expiratory Pressure (PEEP)
Sementara itu Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono mengatakan biaya pembuatan COVENT-20 lebih rendah bila dibandingkan dengan tipe ventilator transport komersial yang tersedia saat ini.
Baca juga: Program Padat Karya Tunai telah berjalan di berbagai kementerian
CONVENT-20 juga memiliki ventilasi multimode, hemat energi dengan baterai lithium-ion, memiliki bentuknya ringkas dan sederhana, pengoperasian yang mudah, serta menggunakan filter bakteri sehingga aman digunakan baik untuk PDP maupun pasien positif COVID-19.
Saat ini Tim Ventilator UI telah menyelesaikan proses kalibrasi awal COVENT-20 di perusahaan Kalibrasi PT Medcalindo dengan hasil yang menjanjikan. Tahapan selanjutnya adalah pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan uji klinis di RSUI sebelum pengurusan izin produksi dan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan produksi massal. Inovasi ventilator karya UI ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan rumah sakit di Indonesia.
Berdasarkan data Maret 2020, jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebanyak 2.867 rumah sakit dengan 8.413 ventilator. Jumlah ventilator terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (1.215 ventilator untuk 364 rumah sakit) dan DKI Jakarta (1.071 ventilator untuk 190 rumah sakit).
Sejak Maret 2020, jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. RS Rujukan dan RS Darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan ventilator. Diperkirakan dalam bulan April ini dibutuhkan tambahan 400-500 ventilator.
Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam mengatakan dalam praktiknya ada 2 tipe ventilator yaitu ventilator yang digunakan di ruang ICU dengan mode lengkap dan ventilator transport biasanya hanya 1 mode dan bisa digunakan dalam kondisi emergency.
"Tim ini fokus pada ventilator transport, karena beberapa hal: ketersediaan sparepart lokal lebih banyak, PDP dan pasien positif COVID-19 yang mengalami gagal napas, membutuhkan ventilator transport untuk perjalanan dari rumah ke rumah sakit, serta mode ventilasi yang dapat diatur," jelasnya.
Baca juga: Pemerintah akan alokasikan dana desa untuk penanggulangan COVID-19
Baca juga: Cegah penyebaran COVID-19, NU Papua imbau warga tunda mudik Lebaran
Baca juga: Jangan panik, kata pasien sembuh COVID-19 di Sumut
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020