M Irfan Ilmie menjadi penulis buku yang pertama diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama tentang pandemi virus corona penyebab COVID-19.
Penulis buku, Irfan Ilmie di Jakarta, Selasa, menjelaskan bukunya juga menjadi buku pertama di Indonesia tentang pandemi corona dan dirilis pula oleh penerbit terkemuka yang memiliki jaringan terluas di Indonesia.
Dalam buku ini terdapat kata pengantar dari Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun dan Dirut Perum LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat.
Baca juga: Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing jalani swakarantina di Tulungagung
Baca juga: Harapan baru Xi di Osaka oleh M. Irfan Ilmie
Baca juga: Lebih takut kehilangan pekerjaan atau nyawa? Oleh M. Irfan Ilmie
M Irfan Ilmie sebagai wartawan ANTARA sekaligus satu-satunya wartawan Indonesia yang mendapatkan akreditasi tetap menjalankan tugas jurnalistik di China, menjadi saksi bagaimana salah satu negara ekonomi terbesar di dunia itu tidak berdaya menghadapi serangan wabah mematikan tersebut.
Di China, wabah itu justru terjadi pada detik-detik perayaan Tahun Baru Imlek. China yang memiliki pertahanan sekokoh Tembok Besar itu sempat tak berdaya menghadapinya sehingga semua sektor vital luluh lantak dibuatnya.
Irfan menceritakan bahwa dia juga merekam tekad dan optimisme China dalam memerangi pandemi.
Dalam buku ini terselip juga pesan kemanusiaan yang disampaikan masyarakat Indonesia dalam mendukung pemulihan Wuhan berikut untung-ruginya dalam penerapan lockdown (mengunci wilayah).
"Tidak ketinggalan aksi heroik tim KBRI Beijing saat memasuki sarang corona menjadikan buku ini sangat menarik untuk dibaca," katanya.
Untuk sementara, buku tersebut masih dalam versi ebook dengan harga Rp49.500 yang dapat diunduh di https://ebooks.gramedia.com/books/bertahan-di-wuhan-kesaksian-wartawan-indonesia-di-tengah-pandemi-corona.
Untuk versi cetak harga Rp50.000 belum termasuk ongkos kirim.
Sampai saat ini KBRI Beijing sudah memesan 300 eksemplar versi cetak buku tersebut.*
Baca juga: Kasus COVID-19 tanpa gejala meningkat di China
Baca juga: China pantau kemungkinan gelombang kedua corona karena kasus impor
Baca juga: Untuk pertama kalinya, tidak ada pasien baru COVID-19 di Wuhan
Pewarta: Budi Setiawanto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020