Ketiga perusahaan tersebut masing-masing menjadi perusahaan ke-22, ke-23 dan ke-24 yang tercatat di bursa tahun ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, untuk dapat menjadi perusahaan yang ikonik atau "darling"-nya para investor ada empat pilar yang bisa dilakukan. Pertama adalah selalu menunjukkan kinerja operasional dan keuangan yang menarik, memiliki strategi dan bisnis model yang khusus (distinctive) dibanding dengan para kompetitor, menjalankan kegiatan operasional secara transparan dan akuntabel, dan memberikan bagi nilai (share of the value) yang optimal.
"Dengan telah resminya perusahaan memasuki yang dinamakan "public arena" pada hari ini, mari kita mendoakan bersama-sama semoga perusahaan sukses dan dapat "adaptive" dan "agile" dalam merumuskan bisnis strategi dalam kondisi pasar yang dinamis," ujar Nyoman.
Baca juga: PSBB berlaku, BEI: Emiten harus bersiap
Direktur Utama PT Cipta Selera Murnia Tbk Arriola Arthur Raphael mengatakan, sebagai salah satu pemegang hak waralaba Texas Chicken di Indonesia, langkah IPO merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja perseroan dengan memperluas dan memperkuat jaringan gerai.
"Perseroan akan mengembangkan ayam goreng khas Texas Chicken khususnya di beberapa kota yang memiliki potensi besar terutama di Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan," ujar Arriola.
Perusahaan berkode emiten CSMI tersebut melepas sebanyak 184,06 juta lembar saham atau 22,55 persen dari modal disetor dan ditempatkan, dengan harga Rp196 per saham. Perseroan menunjuk PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Sedangkan, Presiden Direktur PT Aesler Grup Internasional Tbk Jang Rony Yuwono menuturkan, tercatatnya Aesler di bursa merupakan tonggak kunci dalam perjalanan perseroan. Dengan menjadi perusahaan publik, Aesler akan melangkah sebagai perusahan yang akuntabel, transparan dan bertanggungjawab kepada seluruh investor, masyarakat dan seluruh stakeholders dalam menjalankan bisnisnya.
Baca juga: BEI sebut minat perusahaan untuk "go public" masih tinggi
"Perlu diketahui bahwa Aesler merupakan perusahaan arsitektur pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Kami yakin bahwa dana yang dihimpun dari masyarakat melalui penawaran umum ini dapat mendorong pertumbuhan dan pengembangan bisnis Aesler sehingga dapat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang," ujar Jang.
Perusahaan yang mendapatkan kode emiten RONY itu melepas 250 juta lembar saham atau setara 20 persen dari modal disetor dan ditempatkan, dengan harga Rp100 per saham. Perseroan berhasil menghimpun dana Rp25 miliar.
Perseroan akan menggunakan 55 persen dari dana hasil IPO tersebut untuk pembelian alat seperti komputer untuk "real-time rendering" dan mesin "fit-out", sedangkan sisanya 45 persen akan digunakan untuk modal kerja.
Dengan adanya penambahan teknologi yang digunakan itu, Aesler berharap dapat bekerja dengan lebih cepat dan efisien, sehingga bisa menghasilkan pendapatan lima kali lebih besar dibandingkan periode sebelumnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Cahaya Bintang Medan Tbk Suwandi mengatakan, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan industri furniturr. Tidak hanya karena bahan baku yang melimpah, sumber daya manusia (SDM) terampil, tetapi juga keragaman corak dari budaya lokal yang unik.
"Kebutuhan furnitur yang meningkat dari tahun ke tahun menjadikan industri ini cukup potensial untuk pertumbuhan ekonomi nasional melalui pasar ekspor," ujar Suwandi.
Perusahaan berkode emiten CBMF tersebut melepas sebanyak 375 juta lembar saham atau 20 persen dari modal disetor dan ditempatkan, dengan harga Rp160 per saham. Perseroan menunjuk PT Indocapital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Dari aksi korporasi tersebut, perseroan menerima dana segar sebesar Rp60 miliar dimana 52 persen dana tersebut akan digunakan untuk pembelian mesin produksi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selebihnya, sebesar 48 persen dana akan
digunakan sebagai modal kerja perseroan.
Pada perdagangan perdana, saham CSMI terpantau naik 68 poin atau 34,69 persen menjadi Rp264 per saham. Sedangkan saham RONY terpantau naik 35 poin atau 35 persen menjadi Rp135 per saham. Sementara saham CBMF terpantau naik 56 poin atau 35 persen menjadi Rp216 per saham
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020