Bukan hanya ASDP hampir semua sektor, dampaknya kita harus memitigasi
PT ASDP Indonesia Ferry menyiapkan skema mitigasi penyesuaian bisnis transportasi penyeberangan dalam menghadapi berbagai kebijakan pembatasan terkait pencegahan wabah pandemi COVID-19.
“Bukan hanya ASDP hampir semua sektor, dampaknya kita harus memitigasi, atau situasi bisnis yang berubah,” kata Direktur Komersial dan Pelayanan PT ASDP Ferry Indonesia Yusuf Hadi kepada ANTARA di Jakarta, Kamis melalui sambungan seluler.
Situasi yang dimaksud adalah dua skenario mitigasi perubahan bisnis. Skenario pertama adalah kondisi normal namun permintaan berkurang atau menurun akibat adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kedua, pembatasan jadwal operasi kapal, di mana jadwal tersebut ditentukan dari jumlah permintaan yang mengalami penurunan.
“Apabila ada PSBB, maka ada angka target yang mengalami penyesuaian, semaksimal mungkin tetap memiliki nilai tambah, agar ketika beroperasi pasca wabah tidak terlalu jauh,” katanya.
Saat ini ASDP memiliki 151 kapal dan mengelola 52 kapal milik perusahaan swasta. Sementara itu, untuk revitalisasi pelabuhan, yakni Ketapang, Gilimanuk, Ketapang, Kayangan, Padangbai dan Lembar.
Adapun, inovasi teknologi adalah digitaliasi. Digitalisasi yang dilakukan yakni perlahan menghilangkan pembelian tiket secara manual dan beralih ke sistem daring (online).
Pelabuhan-pelabuhan yang diprioritaskan untuk menerapkan digitalisasi secara penuh, yakni Pelabuhan Merak, Bakauheni, Ketapang dan Gilimanuk.
Baca juga: ASDP wajibkan penumpang kapal feri beli tiket daring
Baca juga: ASDP berdayakan UMKM lokal dalam Gerakan 15.000 Masker Kain
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020