• Beranda
  • Berita
  • Jumlah kasus baru berkurang di Eropa, WHO sebut corona belum puncak

Jumlah kasus baru berkurang di Eropa, WHO sebut corona belum puncak

14 April 2020 19:51 WIB
Jumlah kasus baru berkurang di Eropa, WHO sebut corona belum puncak
Bendera Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (ANTARA/Ardika/am.)

Secara global, 90 persen kasus di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Jadi kita tentu belum melihat puncaknya,

Jumlah kasus baru COVID-19 berkurang di beberapa negara Eropa, termasuk di Italia dan Spanyol, namun wabah masih berkembang di Inggris dan Turki.

"Secara global, 90 persen kasus di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Jadi kita tentu belum melihat puncaknya," kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Margaret Harris dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, Selasa.

WHO akan mengeluarkan panduan untuk negara-negara anggota yang di dalamnya tercantum enam langkah yang perlu mereka pastikan sebelum mulai melonggarkan aturan pembatasan, kata dia.

"Yang paling penting adalah, apakah penularan telah dikendalikan?"

AS memiliki epidemi terbesar saat ini dan telah menjadi "mitra yang fantastis" selain menjadi donor terbesar bagi WHO, kata Harris.

Baca juga: Trump tuding WHO condong ke China, gagal tangani virus corona
Baca juga: WHO sebut Asia Tenggara butuh 1,9 juta perawat dan bidan


"Akan selalu ada kritik terhadap organisasi, penting untuk mendengarkan kritik terutama kritik konstruktif," kata dia.

"Dan pekerjaan kami akan berlanjut terlepas dari masalah apa pun."

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyuarakan keyakinannya bahwa AS akan terus mendanai badan PBB tersebut, meskipun Presiden AS Donald Trump mengkritik penanganan WHO atas pandemi COVID-19.

Rusia telah menjadi sumber terbesar kasus impor China, dengan total 409 infeksi berasal dari negara tetangga di sebelah utara itu.

"China sebenarnya sekarang benar-benar fokus untuk melihat---selain memastikan bahwa tidak ada kasus lokal baru---tetapi ancaman terbesar mereka adalah kasus dari luar negeri," kata Harris.

Mengenai vaksin, Harris mengatakan bahwa vaksin belum bisa diharapkan, setidaknya selama 12 bulan ke depan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kepala WHO bela penanganan pandemi COVID-19 terhadap kritik Trump
Baca juga: Sekjen PBB nyatakan dukungan bagi WHO di tengah pandemi COVID-19

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020