• Beranda
  • Berita
  • CDC peringatkan gelombang COVID-19 kedua di AS mungkin lebih parah

CDC peringatkan gelombang COVID-19 kedua di AS mungkin lebih parah

22 April 2020 15:54 WIB
CDC peringatkan gelombang COVID-19 kedua di AS mungkin lebih parah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan arahan singkat harian satuan tugas khusus penanganan virus corona (COVID-19) di Gedung Putih, Senin (20/4/2020). REUTERS/Jonathan Ernst/foc/cfo
Gelombang kedua virus corona diperkirakan bakal menghantam Amerika Serikat pada musim dingin mendatang dan kemungkinan akan lebih parah dibandingkan yang pertama sebab muncul di awal musim influenza.

Peringatan itu disampaikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Selasa (21/4).

"Ada kemungkinan serangan virus di negara kita pada musim dingin mendatang sebenarnya akan lebih sulit ketimbang yang kita lalui sekarang," kata Direktur CDC, Robert Redfield kepada Washington Post saat wawancara.

Ketika wabah saat ini terus mereda, seperti yang ditunjukkan melalui penurunan tingkat rawat inap baru-baru ini dan indikator lainnya, otoritas perlu mengantisipasi potensi gelombang kedua dalam beberapa bulan ke depan.

"Kita akan mengalami epidemi flu dan epidemi virus corona secara bersamaan," katanya, dan kombinasi tersebut akan memberikan tekanan lebih besar terhadap sistem kesehatan negara dibandingkan wabah sebelumnya.

Virus itu, yang menyebabkan penyakit pernapasan sangat menular dan berpotensi fatal bernama COVID-19, muncul di China tengah pada Desember lalu. Infeksi pertama AS yang diketahui, kasus terkait perjalanan, didiagnosis pada 20 Januari di Washington dekat Seattle.

Sejak saat itu, hampir 810.000 orang di Amerika Serikat terbukti positif COVID-19 dan 45.000 orang lebih meninggal akibat penyakit tersebut.

Redfield dan otoritas kesehatan lainnya memuji kebijakan tetap berada di rumah dan penutupan bisnis serta sekolah di negara tersebut demi memperlambat penyebaran infeksi.

Namun, pembatasan itu juga menghambat perdagangan Amerika serta menyebabkan sedikitnya 22 juta orang kehilangan pekerjaan dalam empat pekan terakhir.

Saat karantina wilayah berangsur dilonggarkan, Redfield menekankan pentingnya individu tetap menjaga jarak fisik satu sama lain.

Pada saat yang sama, katanya, otoritas kesehatan masyarakat musti meningkatkan sistem pengujian untuk mengidentifikasi mereka yang terinfeksi dan menemukan interaksi pribadinya melalui penelusuran kontak.

Sumber: Reuters

Baca juga: Angka kematian corona di AS tembus 40.000

Baca juga: Tolak "di rumah saja", 2.500 orang di Washington turun ke jalan

Baca juga: Infeksi corona Los Angeles 40 kali lebih besar dari yang terkonfrmasi


 

Ejikman tingkatkan kapasitas tes PCR COVID-19

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020