Kasus kematian ini tidak hanya melanda ternak babi milik warga tetapi juga di pusat pembibitan milik pemerintah
Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat kasus kematian ternak babi milik masyarakat di Pulau Timor hingga saat ini terus bertambah dengan jumlah mencapai 6.998 ekor akibat terserang virus African Swine Fever (ASF).
“Virus ASF memang masih menyerang ternak babi milik warga terutama Pulau Timor. Kami mencatat hingga kini kasus kematian mencapai 6.998 ekor,” kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Dani Suhadi, kepada wartawan di Kupang, Selasa.
Ia menjelaskan, jumlah babi yang mati ini bertambah dari sebelumnya pada pertengahan Maret lalu sekitar 4.800-an ekor.
Menurut Dani Suhadi, serangan virus ASF yang menyebabkan ribuan ekor babi mati itu terjadi pada semua wilayah di Pulau Timor yang dominan terjadi di Kabupaten Kupang.
“Kasus kematian ini tidak hanya melanda ternak babi milik warga tetapi juga di pusat pembibitan milik pemerintah,” katanya.
Menurutnya, ribuan kasus kematian babi tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat atau peternak karena membuat mereka kehilangan sumber pendapatan untuk menunjang kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya bersama DPRD provinsi setempat telah membahas upaya penanganan dampak ekonomi terkait serangan virus ASF ini terhadap para peternak.
“Kami sudah bahas bersama dewan, jadi ada realokasi anggaran yang dilakukan dan itu diharapkan tidak keluar dari upaya penanganan keluarga peternak yang terdampak ASF,” katanya.
Dani Suhadi menambahkan, realokasi anggaran ini juga terintegrasi dengan bantuan untuk keluarga peternak yang terdampak dari serangan wabah COVID-19.
Baca juga: Flu babi Afrika menyebar cepat di Papua Nugini
Baca juga: Ribuan ternak babi di TTS mati terserang virus ASF
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020