• Beranda
  • Berita
  • Tenaga medis di Thailand tertekan meski jumlah kasus COVID-19 menurun

Tenaga medis di Thailand tertekan meski jumlah kasus COVID-19 menurun

28 April 2020 17:10 WIB
Tenaga medis di Thailand tertekan meski jumlah kasus COVID-19 menurun
Petugas medis menggunakan sarung tangan pelindung menunjukkan 'test kit' saat bekerja di laboratorium berjalan untuk uji virus corona (COVID-19) di Bangkok, Thailand, Kamis (9/4/2020).ANTARA FOTO/ REUTERS/Soe Zeya Tun/AWW/djo
Bagi seorang perawat di Bangkok, Kanjana Kamoun, bangsal perawatan intensif virus corona bukan hanya tempatnya bekerja sepanjang hari tetapi juga tempat yang dia pikirkan saat terbangun pada tengah malam dengan rasa cemas dan takut.

Meskipun jumlah kasus baru telah menurun di Thailand, negara pertama di luar China yang melaporkan infeksi virus corona, ketegangan dirasakan oleh para dokter dan perawat yang bekerja berminggu-minggu untuk menjaga pasien tetap hidup.

"Terkadang saat saya bangun dan tenggorokan sakit, saya merasa takut dan bertanya-tanya apakah saya melakukan kesalahan di tempat kerja," kata Kanjana (36) kepada Reuters.

"Yang bisa saya lakukan hanya berpikir bahwa saya telah melakukan yang terbaik."

Sejak 9 Maret, King Chulalongkorn Memorial Hospital di Bangkok telah merawat hampir 200 pasien virus corona. Petugas medis di rumah sakit tersebut bangga karena mereka belum kehilangan satu pun pasien.

"Saya tidak ingin seorang pun meninggal dunia, saya hanya ingin mereka pulih," ujar Tatsanee Onthong, salah satu perawat yang bertugas di unit perawatan intensif.

Rumah sakit itu memperhatikan pencegahan infeksi diantara para staf medis.

Pasien yang datang pertama kali hanya melihat dokter di layar. Konsultasi dilakukan dari jarak jauh.

Unit perawatan intensif berada di belakang dua lapisan kaca. Hanya mereka yang benar-benar harus memasuki ruangan yang melakukannya. Satu pasien ditempatkan di setiap kamar.

"Dibutuhkan lima hingga enam staf medis, yang setiap kali bertugas menggunakan banyak peralatan pelindung diri," kata spesialis penyakit infeksi Opaa Putcharoen.

"Itu membuat kami khawatir bahwa jika memiliki banyak kasus parah, kami akan menghabiskan banyak sumber daya dan meningkatkan kemungkinan infeksi."

Tetapi tidak seperti di China atau bagian Eropa dan Amerika Serikat, bangsal darurat Thailand tidak pernah kewalahan dengan pasien virus corona.

Dan jumlah kasus yang dilaporkan di negara itu melambat.

Pada Senin (27/4), Thailand melaporkan sembilan kasus baru, untuk pertama kalinya jumlahnya turun menjadi satu digit sejak 14 Maret.

Meskipun memiliki beberapa kasus virus corona paling awal, Thailand telah melaporkan hanya 2.931 kasus dan menempati peringkat ke-58 di seluruh dunia.

Thailand telah mencatat 52 kematian, sementara 2.609 pasien telah pulih.

Onthong mengenang seorang pasien yang tiba tak sadarkan diri. Lansia dengan yang memiliki kondisi medis lain itu peluangnya untuk sembuh tampak kecil.

"Tetapi kemudian pasien menjadi lebih baik dan pulih. Itu membangkitkan semangat saya untuk terus berjuang," kata dia.


Sumber: Reuters
Baca juga: Thailand laporkan tujuh kasus baru corona, dua kematian
Baca juga: KBRI Bangkok pulangkan WNI terdampak larangan penerbangan komersial
Baca juga: Krisis COVID-19 di Thailand, pub disulap menjadi dapur umum


 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020