"Solidaritas saja tidak cukup. Harus ada empati sosial berskala nasional," kata Muhadjir di channel youtube UMM1964, dalam kajian daring Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai rangkaian gelaran Syiar Ramadhan Daring UMM 2020, Rabu.
Dalam kajian daring UMM itu, Muhadjir Effendy secara khusus mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya civitas akademika UMM untuk membangun empati sosial di tengah mewabahnya COVID-19, sebab solidaritas saja tidak cukup.
Baca juga: Menko PMK gandeng KPK kawal data penerima bansos COVID-19
Lebih lanjut, Rektor UMM periode 2000-2016 itu mengatakan mereka yang tidak terkena COVID-19 diminta untuk membayangkan bagaimana kalau mereka berada di posisi yang terjangkit, sehingga tidak muncul sikap antipati, menolak pemakaman, menganggap yang terjangkit sebagai ancaman.
Karena itu, sambung mantan Mendikbud itu, kalau tidak ada empati mereka yang sembuh pun akan menanggung beban masalah sosial, terutama kesehatan mentalnya terganggu, padahal mereka sangat butuh pengakuan, butuh untuk segera kembali bersama-sama ke tengah masyarakat.
Kajian ini ditonton oleh civitas akademika UMM dan masyarakat umum. Selain memaparkan upaya pemerintah untuk menanggulangi efek wabah Covid-19, Muhadjir yang berada di Jakarta itu berpesan untuk betul-betul mematuhi protokol COVID-19, salah satunya mencuci tangan.
"Sebetulnya kita yang rajin shalat sudah cukup mematuhi protokol ini. Makannya, saya rasa, di Indonesia tidak terjadi wabah besar-besaran karena sebagian besar dari penduduk Indonesia mendirikan shalat,” ujar Muhadjir.
Baca juga: Muhadjir tekankan kementerian-lembaga bantu masyarakat hadapi COVID-19
Protokol berikutnya, lanjut Muhadjir, memakai masker dan menjaga jarak. Muhadjir kemudian mengapresiasi langkah Muhammadiyah yang tidak menganjurkan mengadakan shalat berjamaah di masjid.
"Di tengah wabah seperti ini, sebaiknya shalat di rumah saja. Insya Allah lebih berpahala ketimbang mereka yang 'ngeyel' tetap melaksanakannya, justru memungkinkan virus COVID-19 menulari kepada lainnya," tuturnya.
Yang tidak kalah penting adalah, kata Muhadjir, hindari kerumunan. Pusat penyebaran COVID-19 sebagian besar adalah tempat ibadah. "COVID-19 ini tingkat mutasinya tinggi. Kalau dia gagal menyerang lapisan masyarakat tertentu atau etnis tertentu, dia akan segera beralih bentuk melakukan mutasi ke yang lainnya,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMM, Prof Dr Syamsul Arifin, yang membuka Kajian daring UMM ini mengatakan lembaga pendidikan seperti UMM yang memiliki infrastruktur penelitian, fokusnya tengah dicurahkan untuk berpartisipasi dalam mempercepat penanganan COVID-19.
"Selain tetap melakukan kegiatan 'charity' untuk kemanusiaan. Kita juga senantiasa untuk terus berdoa,' ujar Syamsul.
Baca juga: Menko PMK: Solidaritas dan gotong royong lawan COVID-19
Baca juga: Menko PMK: Pembatasan sosial skala besar harus dipahami bersama
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020