"Saat ditemukan kondisi lumba-lumba tersebut sudah mati, namun diperkirakan baru beberapa saat karena kondisinya masih utuh dan belum mengeluarkan bau bangkai yang menyengat," kata Ketua Forum Komunikasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi Okih Fajri Assidiq di Sukabumi, Rabu.
Menurutnya, pada tubuh lumba-lumba yang ditemukan di Desa Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap itu terdapat luka di bagian kepalanya kemungkinan akibat benturan batu karang dan di bawah perut, namun tidak ditemukan pada tubuh hewan dilindungi undang-undang ini luka akibat disengaja seperti perburuan liar.
Baca juga: Polisi tangkap nelayan perjualbelikan 9 lumba-lumba secara ilegal
Baca juga: TNI selamatkan ikan luimba-lumba terdampar di Pantai Tulungagung
Baca juga: Seekor lumba-lumba mati dekat proyek PLTU Bengkulu
Ia mengatakan belum mengetahui penyebab pasti mamalia tersebut bisa terdampar di bibir pantai, meski ada kemungkinan lumba-lumba itu sedang bermigrasi tapi karena cuaca buruk dan gelombang tinggi tubuhnya terhempas gelombang tinggi hingga akhirnya terdampar di pantai.
Setelah diperiksa kondisi tubuhnya dan disaksikan unsur Muspika Ciracap maka bangkai lumba-lumba yang memiliki panjang sekitar dua meter lebih ini dikuburkan tidak jauh dari lokasi ditemukannya.
"Tidak ada bekas luka akibat perburuan liar, diduga lumba-lumba itu berenang terlalu mengarah ke pantai ditambah saat ini gelombang cukup tinggi dan arus laut deras, sehingga bisa saja terhempas gelombang dan menabrak karang apalagi di sekitar lokasi merupakan pantai berkarang," katanya.
Okih mengatakan dalam beberapa hari terakhir ini gelombang di laut selatan Sukabumi cukup tinggi, bahkan di luar Teluk Palabuhanratu atau laut lepas (Samudera Hindia) ketinggian gelombang bisa mencapai empat meter. Maka dari itu, pihaknya mengimbau khususnya nelayan agar tidak melaut dahulu hingga ke laut lepas.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020