"Kuartal (kedua) ini memang harus kita fokuskan. Tadinya kita bayangkan kuartal pertama itu masih baik, namun ternyata terdapat tanda-tanda kesusahan yang dialami masyarakat sejak Maret berdasarkan data makro maupun mikro ini konsisten," ujar Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam seminar daring yang digelar CSIS Indonesia di Jakarta, Jumat.
Dalam paparannya Febrio mengatakan bahwa targeting penerima bantuan menggunakan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial atau DTKS sebagai jangkar utama pemberian bantuan untuk meminimalisir adanya kekeliruan.
Baca juga: Puan: Pemerintah pastikan buruh terdampak COVID-19 peroleh bansos
"Data-data yang sudah tersedia kita gunakan sebagai jangkar, kalaupun terdapat sedikit kekeliruan tidak masalah yang terpenting gunakan terlebih dahulu data yang sudah ada dan relatif bagus ini," katanya.
Kemudian selain bantuan sosial, rumah tangga atau RT yang terdampak Covid-19 juga perlu didukung melalui pemberian subsidi dan keringanan/insentif lain dari pemerintah.
Selain itu Pemerintah, menurut Kepala BKF tersebut, pemerintah melakukan penghematan belanja kementerian dan lembaga serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp190 triliun, dan berkoordinasi kepada kementerian serta lembaga dan pemerintah daerah untuk memprioritaskan penanganan Covid-19 dengan realokasi belanja sebesar Rp54,6 triliun.
Baca juga: Menko PMK minta warga bersabar bansos disalurkan secara bertahap
"Penghematan belanja kementerian dan lembaga serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa harus tetap kita lakukan dan kembali disisir lagi, kira-kira akan ada realokasi lagi itu akan kita lihat lagi sehingga program-program yang langsung bagi masyarakat dan juga UMKM yang diutamakan bisa berjalan," kata Febrio.
Dia juga menyampaikan bahwa dampak Covid-19 merata hampir di seluruh sektor dan kelas pendapatan.
"Inilah yang terus kita coba desain dari pemerintah untuk melihat perkembangan kondisi sekarang seperti apa, lalu juga harus menyiapkan proyek ke depan atau proyeksi forwad looking-nya seperti apa. Kalau memburuk terus apa yang harus kita siapkan," ujarnya.
Sebelumnya Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi Indonesia akan memasuki era hampir normal virus Corona (COVID-19) pada Juni 2020.
Menurut Denny JA, masyarakat yang terpapar virus Corona tentu tetap ada. Namun jumlah kasus baru terpapar grafiknya menurun signifikan dengan Puncak pandemik pada Mei 2020 sudah terlewati.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020