Pengeboman itu terjadi pada Minggu malam (3/5), menurut pejabat pemerintah dan Taliban.
"Puluhan anggota pasukan musuh tewas dan terluka dalam serangan itu," kata Qari Yousuf Ahmedi, juru bicara kelompok garis keras Islam itu, dalam sebuah pernyataan.
Kementerian pertahanan membenarkan ledakan itu, dan mengatakan salah satu anggota tentara terluka.
Dalam dua bulan terakhir, banyak pasukan Afghanistan telah menjadi korban. Kekerasan tersebut menimbulkan ancaman langsung terhadap kesepakatan perdamaian yang rapuh antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban, yang ditandatangani pada Februari, karena militer Afghanistan dipaksa untuk memerangi Taliban dengan hanya sedikit dukungan dari AS.
Seorang perwira intelijen yang selamat dari serangan di pusat militer itu mengatakan kepada Reuters bahwa gerilyawan meledakkan bom truk di dekat fasilitas Direktorat Keamanan Nasional (NDS) dan pasukan Angkatan Darat.
Berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah ini, pejabat itu mengatakan dia membantu menarik setidaknya 18 mayat dari lokasi ledakan pada Minggu malam.
Dalam insiden terpisah, polisi di Provinsi Paktika mengatakan sedikitnya 20 orang terluka ketika pejuang Taliban melemparkan granat tangan ke sebuah masjid di distrik Khayerkot pada Minggu malam.
AS mencatat peningkatan serangan Taliban terhadap pasukan Afghanistan pada bulan Maret setelah menandatangani perjanjian damai dengan kelompok pemberontak, kata kantor pengawas pemerintah dalam sebuah laporan pekan lalu, bertentangan dengan harapan bahwa perjanjian damai tersebut akan mengurangi kekerasan di negara yang terkoyak oleh perang.
Sumber: Reuters
Baca juga: Taliban akan bebaskan 20 tahanan pemerintah Afghanistan
Baca juga: Komandan inti Taliban tewas dalam operasi Jumat malam
Baca juga: 27 personel keamanan Afghanistan tewas dalam serangan Taliban
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020