Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menegaskan setiap konten pendidikan digital yang ingin dihasilkan untuk mendukung pembelajaran anak didik supaya tidak mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta kekerasan fisik.Hari ini kalau kita bicara konten digital pasti ada unsur hiburan. Tidak masalah jika anak-anak kita akses konten hiburan tapi jauhkan betul dari yang sifatnya SARA
"Untuk tips pembuatan konten pembelajaran anak ini usahakan betul tidak mengandung unsur SARA," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud M. Hasan Chabibie melalui video konferensi di Jakarta, Selasa.
Ia menyampaikan hal tersebut sebab dalam konten-konten digital identik dengan video atau sejenisnya yang jika disampaikan pada anak akan menjadi lekatan memori luar biasa.
"Hari ini kalau kita bicara konten digital pasti ada unsur hiburan. Tidak masalah jika anak-anak kita akses konten hiburan tapi jauhkan betul dari yang sifatnya SARA," katanya.
Sebab, kata dia, dikhawatirkan dengan ingatan anak yang bagus, hal-hal bersifat SARA dan kekerasan fisik juga melekat lama di memori mereka jika diperlihatkan secara terus menerus.
Baca juga: Selama pandemi COVID-19, Kemendikbud akui konten pendidikan terbatas
Oleh karena itu, ujar dia, sedapat mungkin hal-hal semacam itu dijauhkan dari mereka sejak kecil untuk kemudian diganti dengan konten-konten mendidik serta menarik yang diharapkan dapat memberikan inspirasi jangka panjang secara positif pula.
Terkait dengan pemilihan konten digital, ia juga mengingatkan para pendidik agar tidak kejar kurikulum sebagaimana dilakukan saat normal sebelum pandemi COVID-19.
"Ini sudah sering disampaikan Pak Menteri dan saya rasa diamini oleh setiap pihak, praktisi dan pemerhati pendidikan mana pun karena memang situasinya darurat," ujar dia.
Hal yang tidak kalah penting, katanya, konten digital bagi pembelajaran anak juga harus diiringi dengan adanya literasi yang cukup pada para orang tua.
Salah satunya, katanya, tidak terjebak pada link-link atau website yang sifatnya hoaks, tidak jelas sumber beritanya, serta tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Baca juga: Komisi I DPR: KPI minta lembaga penyiaran perbanyak konten edukasi
Baca juga: Good Doctor siapkan konten edukasi terkait virus corona
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020