Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan Kemendikbud bersama UNICEF. Program itu telah membantu banyak keluarga yang memiliki keterbatasan pada akses internet untuk melakukan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring), sehingga anak-anak memperoleh stimulus untuk terus belajar di rumah masing-masing.
"Sebanyak 99 persen guru, siswa, dan orang tua, baik di wilayah terdepan, terluar, tertinggal (3T) maupun non-3T mengetahui adanya program ini," ujar Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbud, Evy Mulyani, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Evy menambahkan sebanyak 94 persen guru di wilayah 3T pernah menonton program BDR di TVRI. Sementara itu, sebanyak 77 persen guru di wilayah 3T mengaku pernah menonton program BDR TVRI.
"Di wilayah 3T, frekuensi guru menonton program BDR ini sebanyak 3,2 kali dalam seminggu. Sementara di wilayah non-3T sebanyak 4,1 kali," ungkapnya.
Baca juga: Anies: Belajar di rumah jadi momentum transformasi teknik mengajar
Secara umum, tingkat kesenangan menonton program BDR cukup baik. Evy menyebutkan bagi siswa, skor yang didapatkan sebesar 7,8 (skala 1-10) dan bagi orang tua sebesar 8,2. Sementara itu, tingkat kesenangan guru di wilayah 3T sebesar 7, dan di wilayah non-3T sebesar 7,5.
TVRI menjadi saluran televisi yang paling banyak ditonton siswa selama pembelajaran dari rumah.
Sebanyak 52 persen responden di wilayah 3T menyatakan menonton lembaga penyiaran publik ini selama masa pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing. Sementara itu, sebanyak 78,6 persen responden di wilayah non-3T menyatakan menonton TVRI selama masa pembelajaran dari rumah.
"Ini menjadi masukan bagi kami untuk melakukan perbaikan program mendatang. Khususnya pendekatan bagi publik di wilayah 3T," terang dia.
Baca juga: Psikolog: Hadapi COVID-19 dengan Gembira
Salah satu umpan balik yang didapatkan dari survei itu adalah sebanyak 20 persen responden siswa mengharapkan penambahan durasi tayangan pembelajaran.
"Kami akan berkoordinasi dengan TVRI terkait kemungkinan penambahan jam tayang. Terutama materi pembelajaran kemampuan kecakapan hidup dan vokasi. Mungkin bisa menambah durasi tayangan minimal 45 menit per segmennya," tutur Evy.
Kemudian untuk mengakomodir harapan masyarakat mengenai perbaikan teknis siaran seperti perbaikan sinyal siaran dan perluasan akses program BDR, Kemendikbud juga tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait kemungkinan relai program dengan stasiun televisi lokal.
"Kami juga sedang mengkaji metode pembelajaran luar jaringan atau offline lainnya bagi masyarakat 3T yang tidak memiliki televisi. Misalnya menggunakan radio, buku, maupun relawan," ungkap Evy Mulyani.
Data untuk kelompok responden guru di daerah 3T didapatkan dari survei SMS dan daring. Sedangkan untuk kelompok responden guru di daerah non-3T, siswa, dan orang tua diperoleh dengan menggunakan metode daring.
Jumlah responden untuk survei daring sebanyak 1.198 guru, 1.736 siswa, dan 1.373 orang tua.
"Karena keterbatasannya, kedua survei ini tidak dapat merepresentasikan gambaran nasional secara proporsional untuk masing-masing kelompok responden. Survei dilakukan dalam kurun periode 20 - 23 April 2020," terang dia.***3***
Baca juga: PGRI minta pemerintah mudahkan akses internet untuk belajar di rumah
Baca juga: Psikolog: Temu kenali potensi anak di tengah pandemi COVID-19
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020