Saya yakin, apabila nanti PSBB (pembatasan sosial berskala besar) bisa direlaksasi, maka industri manufaktur kita akan bergairah lagi
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan sektor industri manufaktur di Indonesia sangat tergantung kemampuan konsumsi domestik, sehingga ketika purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia turun, maka terjadi penurunan permintaan yang akan memengaruhi utilisasi pada sektor manufaktur.
“Asessment kami sekitar 70 persen hasil produksi industri manufaktur diserap pasar dalam negeri. Maka ketika kemampuan atau daya beli masyarakat tertekan, tidak ada demand, secara otomatis perusahaan Industri harus melakukan penyesuaian, termasuk penurunan drastis utilisasinya,” kata Menperin kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Menkeu: Indeks manufaktur Indonesia terendah sepanjang sejarah
Hal tersebut, lanjut Menperin, akan memengaruhi rantai pasok industri turunannya, yang juga ikut terpukul, karena masih banyak tergantung dengan industri besar atau industri induknya.
“Kebutuhan dan ketersediaan bahan baku jadi masalah, karena dikaitkan dengan demand yang didasari oleh daya beli masyarakat,” ujar Agus.
Politisi Partai Golongan Karya tersebut mencontohkan, hal serupa terjadi pada sektor industri di India, yang juga tergantung pada konsumsi domestik masyarakatnya, sehingga PMI India turun drastis.
“Index PMI India 27,4. Polanya sama dengan Indonesia,” pungkas Agus.
Menperin menambahkan, selain daya beli masyarakat, logika sederhananya adalah pada kondisi normal, PMI Indonesia berada di angka 50-an. Jika utilitas turun sampai di bawah 50 persen, maka angka PMI berada di sekitar 25-an.
“Variabel penjualan, dan input manufaktur kita 74 persen impor. Dan dengan tambahan tekanan kurs, maka beban input meningkat akibatnya output (demand) yang menurun signifikan,” tukas Agus.
Namun, tambah Menperin, jika dibandingkan dengan negara ASEAN, volume industri manufaktur Indonesia kondisinya lebih besar, maka jika sektor ini terpukul, pastinya nilai PMI Indonesia terseret lebih dalam.
“Namun, saya yakin, apabila nanti PSBB (pembatasan sosial berskala besar) bisa direlaksasi, sehingga kegiatan ekonomi berangsur pulih, daya beli masyarakat pulih, maka industri manufaktur kita akan bergairah lagi, seperti PMI yang 51,9 pada Februari 2020,” ungkap Menperin.
PMI manufaktur Indonesia periode April 2020 yang dirilis IHS Markit, tercatat keyakinan para manajer yang menjadi responden turun ke level terendah. PMI Indonesia jatuh ke tingkat 27,5.
Sebelumnya, pada Maret 2020, PMI Indonesia berada pada angka 45,3.
Baca juga: Menperin: Investasi manufaktur kuartal I naik 44 persen
Baca juga: Ekspor naik 10 persen, Menperin sebut industri manufaktur menggeliat
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020