"Menurut saya, dengan adanya COVID-19 membuat orang tua dan guru ke luar dari zona nyaman. Orang tua dan guru mencoba kultur baru yang hasilnya luar biasa," ujar Nadiem pada konferensi pendidikan Akademi Edukreator di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan pandemi COVID-19 merupakan kesempatan untuk melakukan pembelajaran yang positif. Kemudian semua pemangku kepentingan pendidikan mencoba alat baru, yang nantinya menjadi lapisan fondasi jika Kemendikbud mengeluarkan platform terintegrasi.
Baca juga: Mendikbud : Tanpa konektivitas pemerataan pendidikan sulit tercapai
"Platform terintegrasi yang mungkin bisa saja di dalamnya kurikulum maupun dana BOS," terang dia.
Dengan adanya pandemi COVID-19, lanjut dia, membuat insan pendidikan harus dapat beradaptasi dengan keadaan. Hal itu akan membuat proses transisi jika Kemendikbud mengeluarkan platform terintegrasi, menjadi lebih cepat.
"Mengapa ada yang gagap teknologi (gaptek), itu dikarenakan selama ini mereka terintimidasi. Namun dengan adanya COVID-19, membuat mereka akrab dengan teknologi," kata dia.
Nadiem juga meminta perguruan tinggi untuk memanfaatkan momentum COVID-19, sebagai kesempatan emas untuk mentransformasikan riset di perguruan tinggi menjadi riset yang bisa diterapkan di dunia nyata.
"Bukan hanya industri tapi dari sisi kebijakan, kesejahteraan rakyat dan lainnya. Jadi akademisi jangan menciptakan riset yang meningkatkan pengetahuan saja. Tapi aplikasi pengetahuan dari sisi sosial. Harus benar-benar berguna," imbuh Nadiem.***3***
Baca juga: Mendikbud: Pendidikan bukan sesuatu yang dilakukan di sekolah saja
Baca juga: Televisi solusi ketidakmerataan internet untuk pembelajaran daring
Baca juga: Raker dengan Mendikbud, DPR minta evaluasi program kartu prakerja
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020