"Ada perkembangan yang menggembirakan baik untuk test kit (perangkat pemeriksaan), baik yang rapid test atau PCR. Yang rapid test sudah ada yang sedang dalam tahap uji validasi dan registrasi di Kemenkes," kata Bambang di Jakarta, Senin.
"Ditargetkan rapid test berbasis peptida sintesis ini bisa diproduksi 50.000-100.000 unit, kapasitas industri rapid test kit kita bisa 100.000 unit per bulan," katanya usai mengikuti rapat melalui telekonferensi video mengenai penanganan pandemi COVID-19" yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
"Selain rapid test yang sudah dalam tahap validasi sebenarnya ada tiga lagi jenis rapid test yang sedang dikembangkan namun butuh satu-dua bulan ke depan," ungkap Bambang.
Kalau dalam pemeriksaan menggunakan metode PCR peneliti memeriksa sampel cairan dari saluran pernapasan bawah lalu mengekstrak asam nukleat di dalamnya untuk mengetahui infeksi virus corona, alat tes diagnostik cepat atau rapid test digunakan untuk mendeteksi reaksi imunoglobulin dalam sampel darah untuk mendeteksi infeksi dalam waktu lebih cepat, antara 15 menit sampai tiga jam.
Sementara itu, mengenai rencana produksi ventilator, Bambang mengatakan bahwa sudah ada empat prototipe ventilator yang sudah diuji oleh Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan dan saat ini sedang menjalani uji klinis.
"Satu dari empat, yaitu yang berasal dari ITB, sudah selesai uji klinis dan diharapkan bisa segera masuk fase produksi," kata Bambang.
Ia menambahkan, tiga purwarupa ventilator lain yang dikembangkan oleh Universitas Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan PT Dharma masih diuji klinis dalam pekan ini.
"Kemungkinan minggu depan produksi dalam jumlah besar sudah bisa dilakukan. Kapasitas produksi 100 unit ventilator per pabrik per minggu," kata Bambang.
"Di luar alat kesehatan, kami sampaikan update obat. Sedang dilakukan clinical trial (uji klinis) terhadap berbagai jenis obat yang dipakai di berbagai negara untuk pasien COVID-19. Kami juga lakukan uji klinis terhadap pil kina terhadap komponen obat modern asli Indonesia," ia menambahkan.
Di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, menurut dia, juga sedang dilakukan uji klinis penggunaan bahan herbal Indonesia untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap COVID-19.
"Mengenai terapi, update dari plasma konvalesen, ternyata sudah dikembangkan di beberapa RS dan sudah ada protokol nasional untuk melakukan clinical trial di lebih banyak RS di Indonesia," kata Bambang, menambahkan, terapi menggunakan plasma diharapkan bisa menaikkan tingkat kesembuhan pasien.
Baca juga:
Menristek: 50.000 alat tes COVID-19 non PCR akan diproduksi Juni 2020
Menristek: Dua ventilator buatan dalam negeri masuk tahap uji klinis
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020