“Nilai restrukturisasi yang sudah efektif sekitar Rp3 triliun terhadap sekitar 15 ribu nasabah dan data ini masih terus meningkat per harinya,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Senin.
Tiwul menuturkan Bank Syariah Mandiri telah melaksanakan stress test dan pemetaan potensi risiko terhadap sektor industri yang terdampak COVID-19 sejak awal Februari 2020.
Baca juga: BNI Syariah siap bantu nasabah pembiayaan terdampak COVID-19
Ia menyebutkan dari hasil stress test dan pemetaan potensi risiko tersebut hingga 15 Mei 2020 terdapat 40 persen nasabah yang terkonfirmasi untuk meminta penjadwalan dilakukan restrukturisasi.
“Dari potensi nasabah yang terdampak restrukturisasi hasil stress test kami sampai di posisi Jumat kemarin itu 40 persen yang confirm untuk minta penjadwalan direstrukturisasi,” ujarnya.
Tiwul menyatakan sesuai POJK 11/2020 pihaknya melakukan restrukturisasi kepada nasabah yang terdampak COVID-19 secara selektif dan hati-hati untuk menghindari free rider.
Baca juga: Presiden Jokowi minta 23 juta UMKM dapat bantuan pembiayaan
Hal tersebut dilakukan melalui penetapan terhadap sektor usaha terdampak, kriteria nasabah, skema restrukturisasi, sekaligus kualitas aset.
Tiwul menjelaskan restrukturisasi itu memberikan dampak pada penurunan pendapatan margin atau bagi hasil sehingga pihaknya harus mengatur strategi agar dapat bertahan.
“Restrukturisasi ini tentunya berdampak kepada likuiditas kita sehingga harus diatur dengan baik karena masyarakat perlu relaksasi pembayaran kewajiban,” katanya.
Ia menyebutkan strategi yang dilakukan meliputi manajemen pendapatan, pengendalian pengeluaran, pengelolaan stakeholder, serta membuat kebijakan dan kesiapan infrastruktur pendukung termasuk terkait teknologi untuk menyambut The New Normal.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020